Waktu Tempuh Molek 8 Jam, 200 KK Takut Keluar Desa

RMOL. Tidak hanya rel kereta Motor Lori Ekspress (Molek) peninggalan Belanda yang sudah tua, kerusakan akses transportasi satu-satunya masyarakat Desa Lebong Tandai, Kecamatan Napal Putih, Kabupaten Bengkulu Utara itu baru-baru ini bertambah dengan dugaan adanya aktivitas alat berat dari perusahaan Chandra Leonardi.


RMOL. Tidak hanya rel kereta Motor Lori Ekspress (Molek) peninggalan Belanda yang sudah tua, kerusakan akses transportasi satu-satunya masyarakat Desa Lebong Tandai, Kecamatan Napal Putih, Kabupaten Bengkulu Utara itu baru-baru ini bertambah dengan dugaan adanya aktivitas alat berat dari perusahaan Chandra Leonardi.

Data dihimpun RMOL Bengkulu, maksud dan tujuan perusahaan tersebut bersama pemerintah desa setempat, melakukan pemangkasan titik-titik tebing curam yang membahayakan dengan excavator, di jalur molek sepanjang 27 km dari desa ke kecamatan yang menembus hutan.

Mengingat, cuaca musim penghujan berkemungkinan terjadi longsor, seperti tahun- tahun sebelumnya, berdampak dengan 200 kepala keluarga terisolir tidak dapat memenuhi kebutuhan sehari- hari mereka dipasok dari Kecamatan Napal Putih.

Namun, aktivitas itu diketahui berdampak pada rel kereta yang dilintasi, mengakibatkan puluhan titik rel terbenam dan bengkok serta ditemukan juga yang patah.

Supir Molek, Afri (42) warga Desa Lebong Tandai, mengatakan, tidak hanya itu, waktu tempuh molek dari desa Air Tenang, Kecamatan Napal Putih ke Desa Lebong Tandai bertambah. Biasanya satu hari 2 atau 3 jam perjalanan, tetapi seminggu terakhir menjadi 8 jam, dengan perbaikan rel seadanya.

"Cuaca hujan banyak warga tidak berani beraktivitas keluar maupun masuk desa, karena siap-siap bermalam di hutan. Biasanya dua kali antar jemput penumpang sekarang satu kali, dan tidak bisa bawa banyak beban kebutuhan warga," kata Afri.

Bukan hanya itu saja, proyek pembangunan jalan rabat beton dari Sungai Lanpai ke Desa Lebong Tandai juga sering terhenti, lantaran pendistribusian material senen kesulitan menembus jalur rel yang rusak tersebut.

"Warga sudah sulit mendapatkan sembako, kalau pun ada yang masuk harganya melambung tinggi, contoh sayur- sayuran sejak seminggu ini tidak ada yang jual," beber Yusmina (38) warga daerah "Miniatur Batavia" sebutan Desa Lebong Tandai.

Disisi lain, tokoh masyarakat Lebong Tandai, Asmadi R Lee, membenarkan hal itu. Ia berharap, pemerintah desa, Badan Pemberdayaan Desa (BPD) dan pihak perusahaan dapat duduk mencari solusi bersama.

"Kita berharap perusahaan dapat beraktivitas, sementara jalur transportasi warga juga tidak tertanggu," jelas pria yang juga Ketua DPD Perindo Bengkulu Utara ini, Senin (1/1/2018). [nat]