Tingkatkan Produksi, 8.000 Ha Kebun Sawit Rakyat Siap Replanting

RMOL. Dalam rangka peningkatan produktivitas perkebunan kelapa sawit rakyat, Pemerintah Kabupaten Bengkulu Utara siap mereplanting perkebunan milik masyarakat yang telah melewati umur produktif atau yang menggunakan benih palsu melalui dana Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP-KS).


RMOL. Dalam rangka peningkatan produktivitas perkebunan kelapa sawit rakyat, Pemerintah Kabupaten Bengkulu Utara siap mereplanting perkebunan milik masyarakat yang telah melewati umur produktif atau yang menggunakan benih palsu melalui dana Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP-KS).

”Kita telah menetapkan target peremajaan seluas 8.000 hektare (ha) untuk kebun swadaya ataupun plasma untuk tahun ini. Bahkan saat ini seluruh jajaran tengah bergegas menyiapkan Calon Petani dan Calon Lokasi (CPCL), sehingga target tersebut dapat segera direalisasi,” papar Bupati Bengkulu Utara, Mian.

Lebih lanjut menurut dia, pihaknya sangat serius untuk mempersiapkan replanting kelapa sawit karena tanaman tersebut sebagai salah satu komoditas unggulan di Kabupaten Bengkulu Utara.

Adapun luas areal perkebunan kelapa sawit rakyat saat ini telah mencapai 36.861 ha. Namun produktivitas tandan buah segar (TBS)-nya masih cukup rendah yakni 1,18 ton/ha/bulan.

Padahal idealnya bisa mencapai 2-2,5 ton/ha/bulan. Salah satu penyebabnya adalah penggunaan benih palsu. Bahkan, sekitar 40 persen dari areal perkebunan rakyat atau sekitar 14.475 ha menggunakan benih palsu.

”Atas dasar itulah kita berharap tanaman kelapa sawit yang telah tua atau memiliki produksi rendah karena berasal dari benih ilegal dapat digantikan dengan varietas unggul kelapa sawit,” harap Mian.

Adapun untuk penyediaan benihnya, Mian mengakui akan mengandalkan peran penangkar pewaralaba kelapa sawit. Artinya melalui penetapan target peremajaan pada 2018 ini akan memberikan gambaran bagi penangkar dalam memperkirakan kebutuhan bibit di tahun mendatang.

”Dimana untuk memenuhi kebutuhan 8.000 ha di Bengkulu Utara penangkar harus menyiapkan bibit salur 1.040.000 batang,” saran Mian kepada penangkar.

Di sisi lain, Mian menghimbau agar bisa melakukan tumpang sari dengan tanaman lainya selama melakukan replanting. Ini perlu dilakukan agar selama tanaman kelapa sawit belum menghasilkan, petani bisa tetap mendapatkan hasil dari tanaman yang ditumpang sarikan, seperti jagung, ataupun tanaman lainnya.

”Sehingga melalui kegiatan replanting tidak saja berkontribusi pada perbaikan produksi tanaman kelapa sawit rakyat namun juga turut mendukung upaya mewujudkan swasembada jagung,” jelas Mian.

Sekretaris Jenderal Perkumpulan Penangkar Benih Tanaman Perkebunan Indonesia (Sekjen PPBTPI) Rusbandi menyambut baik atas kesiapan Bengkulu Utara untuk mereplanting kelapa sawit rakyat. Sebab dengan melakukan replanting ini maka otomatis akan memperbaiki produktivitas tanaman rakyat. Alhasil akan meningkatkan produksi crude palm oil (CPO) nasional. Seperti diketahui permintaan akan CPO setiap tahunnya terus meningkat sering meningkatnya permintaan biofuel.

”Melalui kegiatan replanting kami harapkan dapat meningkatkan produktivitas perkebunan rakyat melalui penggunaan bahan tanam unggul bermutu yang memiliki daya hasil dan mutu lebih baik,” himbaunya.

Sebab, Rusbandi membenarkan, pada prinsipnya penangkar bibit kelapa sawit di sentra pengembangan kelapa sawit maupun di Provinsi Bengkulu siap melakukan investasi penyediaan benih selama pasarnya jelas. Selain itu, proses pembayarannya juga tidak berbelit-belit.

”Tapi, karena bisnis penangkaran bibit kelapa sawit adalah usaha yang sangat berisiko, maka diharapkan para pengambil kebijakan memahami hal tersebut,” tutur Rusbandi.

Kemudian, Direktur Jenderal (Dirjen) Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan) Bambang menambahkan, pihaknya akan terus untuk menambah luasan perkebunan kelapa sawit milik rakyat untuk direplanting. Sebab dengan melakukan replanting itu sama dengan menambah pendapatan negara.

Berdasarkan catatannya, dari total 11,9 juta ha kebun kelapa sawit Indonesia terdapat 4,7 hektar perkebunan rakyat atau 48 persen. Dari 4,7 juta ha tersebut seluas 2,4 juta ha kebun sawit saat ini masih dikembangkan dengan cara tradisional oleh petani dan tidak sedikit yang menbggunakan benih asalan atau tidak bersertifikat.

Bahkan kebun kelapa sawit yang menggunakan sumber benih tidak baik itu sekarang berkembang jutaan hektar. Akibatnya produktivitasnya rendah, hanya 1-2 ton CPO per-ha. Maka jika program replanting kelapa sawit itu bisa dengan cepat dilakukan dengan serentak, maka akan menghasilkan nilai tambah produktivitas sebesar Rp 125 triliun per tahun.

”Itu semua jika seluruh perkebunan sawit rakyat mampu memproduksi minimal 8 ton minyak sawit mentah (CPO), sehingga setiap tahun kita bisa mendapatkan nilai tambah produktivitas sebesar Rp 125 triliun,” pungkas Bambang. [nat/mc]