RMOLBengkulu.Target pemerintah yang mematok perekonomian tumbuh 5,3 persen di tahun 2020 dinilai tidak logis. Apalagi, penetapan target yang dibacakan Presiden Joko Widodo pada pidato beberapa waktu lalu itu tidak berdasarkan kajian ilmiah.
- Waspada Cuaca Ekstrem, Hujan Lebat Dan Gelombang Tinggi
- Mendes Minta Penyaluran BLT Desa Didahulukan Untuk Korban Terdampak Covid-19
- Satgas Keluarkan Edaran Baru, Atur Pembatasan Peribadatan dan Tradisi Idul Adha
Baca Juga
RMOLBengkulu. Target pemerintah yang mematok perekonomian tumbuh 5,3 persen di tahun 2020 dinilai tidak logis. Apalagi, penetapan target yang dibacakan Presiden Joko Widodo pada pidato beberapa waktu lalu itu tidak berdasarkan kajian ilmiah.
Ekonom senior dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Didik J. Rachbini mengatakan penggunaan kata target tidak tepat. Sebab, 5,3 persen yang dimaksud sebatas angan-angan yang didasarkan pertemuan pemerintah dengan DPR.
Itu kan kongkow-kongkow DPR, sama Komisi XI. Tapi itu tidak berdasarkan perkiraan ilmiah yang begitu baik, itu wishfull thinking (angan-angan) aja," ungkapnya dalam ulang tahun LP3ES di Gedung JDC, Slipi, Jakarta Barat, Senin (19/8).
Didik ragu target 5,3 persen bakal tercapai. Menurutnya, kebijakan yang ditawarkan pemerintah tidak menunjukkan tanda-tanda mendukung pencapaian tersebut.
Nggak mungkin sampai, karena tidak ada faktor-faktor yang mendorong ke arah itu," tegasnya.
Dia bahkan mengibaratkan seorang pemain sepakbola yang mengharap bisa mencetak skor tinggi tapi tidak pernah melakukan usaha di depan gawang.
Kan kita nggak percaya, ya nggak? Saya nggak percaya karena usahanya ke arah-arah itu nggak ada, kebijakan ke arah itu tidak maksimal dan itu seperti biasa saja," sambung dia dilansir RMOL.id. [tmc]
q
- Ada Penimbunan 19 Juta Dosis Vaksin Di Daerah, Presiden Minta Pemda Percepat Penyuntikkan
- Jadi Saksi Calon Gubernur, Salah Satu Komisioner KPID Sumsel Dipertanyakan Netralitasnya
- Menko Siapkan Bantuan Bagi UMKM Perempuan
