Pakar Politik Hubungkan Stafsus Millenials Jokowi Dengan Cost Politik Pilpres 2019

RMOLBengkulu. Mundurnya dua Staf Khusus Presiden, yakni Andi Taufan Garuda Putra dan Adamas Belva Syah Devara tak menghentikan diskursus soal keberadaan Stafsus Milenial di era pemerintahan Jokowi-Maruf.


RMOLBengkulu. Mundurnya dua Staf Khusus Presiden, yakni Andi Taufan Garuda Putra dan Adamas Belva Syah Devara tak menghentikan diskursus soal keberadaan Stafsus Milenial  di era pemerintahan Jokowi-Maruf.

Bahkan pakar politik dan hukum Universitas Nasional Jakarta, Saiful Anam, menduga keberadaan Stafsus Milenial berkaitan dengan besarnya cost politik pada gelaran Pilpres 2019 yang memenangkan Jokowi-Maruf.

"Jangan-jangan memang Jokowi dan sekelilingnya ingin menggunakan tangan Stafsus untuk mengeruk keuangan negara? Saya tidak tahu apa pertimbangan Jokowi sehingga mengangkat mereka sebagai Stafsus. Apakah mereka ini memiliki saham atas kemenangan Jokowi pada 2019 silam?” ucap Saiful Anam yang dimuat Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (24/4).

Bagi Saiful, sejak pembentukan, kedudukan Stafsus tidak jelas dan cenderung bertabrakan dengan fungsi Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres), Sekretariat Negara, dan Sekretariat Kabinet yang sudah terlebih dahulu ada.

"Sebaiknya Jokowi lebih mengefisiensi anggaran negara melalui pemangkasan birokrasi di sekelilingnya dan memanfaatkan lembaga yang sudah ada,” tegas Saiful.

Bahkan kata Saiful, jabatan Stafsus saat ini juga mengakibatkan terbentuknya kantong-kantong kekuasaan baru yang saling bertentangan dengan semangat perampingan birokrasi yang pernah dijanjikan Jokowi.

"Saya kira kalau mereka memiliki rasa malu di tengah hantaman gelombang moral hazard yang ditunjukkan oleh Stafsus, maka saya menyarankan seluruh Stafsus mundur dari jabatannya di tengah sulitnya keuangan negara,” pungkas Saiful. [tmc]