Letusan Krakatau 1883 Akankah Terulang Kembali?

RMOLBengkulu. Aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda terus meningkat sehingga menimbulkan letusan yang menerus.


RMOLBengkulu. Aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda terus meningkat sehingga menimbulkan letusan yang menerus.

"Hampir setiap hari Gunung Anak Krakatau meletus," ujar Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan  Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho yang diterima redaksi, pagi ini (Senin, 16/7).

Bahkan pada Sabtu (14/7) lalu, Gunung Anak Krakatau meletus sebanyak 398 kali dengan amplitudo 24 sampai 58 mm, durasinya antara 20 sampai 279 detik. Gempa tremornya terjadi terus menerus antara 2 sampai 45 mm, amplitudo dominan 20 mm dengan tinggi letusan maksimum 800 meter.

"Lava pijar terlihat pada malam hari. Suara dentuman yang disertai lontaran abu dan pasir sering menyertai letusan," papar Sutopo.

Pada Minggu (15/7) kemarin pukul 12.00 -  18.00 WIB, Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) melaporkan bahwa Gunung Anak Krakatau meletus sebanyak 81 kali. Asap kawah bertekanan sedang dengan intensitas sedang berwarna hitam setinggi 500-700 meter dari puncak kawah.

Namun demikian, Sutopo memastikan letusan tidak membahayakan penerbangan dan pelayaran. Status tetap waspada atau level II.

"Hanya di dalam radius 1 km dari puncak kawah yang berbahaya. Di luar radius 1 km kondisinya aman," terangnya.

Kekhawatiran letusan Gunung Anak Krakatau akan sedahsyat letusan Gunung Krakatau tahun 1883, menurut Sutopo, tidak mungkin terjadi karena kondisinya sangat berbeda. Pada tahun 1883 letusan terjadi bersamaan tiga gunungapi di komplek Gunung Krakatau yaitu Gunung Danan, Gunung Rakata dan Gunung Perboeatan. Ketiga gunungapi ini berdekatan dikenal dengan Gunung Krakatau.

Letusan yang bersamaan dari tiga gunung tersebut sangat dahsyat sehingga menyebabkan sebagian pulau gunung hilang. Pada tahun 1927 muncul gunungapi ke permukaan laut yang kemudian dinamakan Gunung Anak Krakatau. Gunung kecil ini terus meletus untuk tumbuh. Rata-rata setiap tahun bertambah tinggi 4-6 meter.

Beberapa ahli mengatakan perlu minimal tiga abad lagi untuk menghasilkan letusan yang besar dari Gunung Anak Krakatau tetapi tidak akan sedahsyat tahun 1883.

"Jadi tidak perlu dikhawatirkan dengan letusan yang berlangsung sekarang," imbuh Sutopo.

Sutopo menambahkan, letusan-letusan yang terjadi hampir setiap hari dari Gunung Anak Krakatau adalah fenomena biasa. Seperti halnya anak dalam fase pertumbuhan, Gunung Anak Krakatau juga meletus untuk membesar  dan meninggikan tubuhnya. Letusan-letusan yang dihasilkan tidak pernah besar karena energi magma yang naik ke permukaan juga tidak besar

BNPB mengimbau masyarakat untuk tetap tenang. PVMBG terus memantau aktivitas vulkanik. Meski ratusan kali meletus per hari status tetap tidak dinaikkan karena tidak membahayakan.

"Yang penting masyarakat tidak melakukan aktivitas di dalam radius 1 km dari puncak kawah Gunung Anak Krakatau," tandasnya. dikutip Kantor Berita Politik RMOL. [ogi]