Kualitas Udara Jakarta Terburuk Di Dunia

RMOLBengkulu.Menurut aplikasi pemantau kualitas udara,Art Visual, sejak Juni lalu, Jakarta memiliki kualitas udara terburuk di dunia. Hal itu terlihat dari Indeks Kualitas Udara (AQI) yang mencapai level 210.


RMOLBengkulu. Menurut aplikasi pemantau kualitas udara, Art Visual, sejak Juni lalu, Jakarta memiliki kualitas udara terburuk di dunia. Hal itu terlihat dari Indeks Kualitas Udara (AQI) yang mencapai level 210.

AQI sendiri diukur berdasarkan lima polutan, yakni partikel (PM), sulfur dioksida, karbon monoksida, nitrogen dioksida, dan ozon.

Bila pengukuran indeks tersebut berada di atas 100, maka kualitas udara dianggap "tidak sehat". Namun jika pengukuran mencapai lebih dari 200, maka kondisi dinyatakan sebagai "sangat tidak sehat".

Akibatnya, kualitas udara di Jakarta yang buruk sejak beberapa waktu belakangan dapat membunuh penduduknya secara perlahan.

Sebenarnya, masalah kualitas udara bukan masalah baru bagi Jakarta. Udara di Jakarta telah sangat tercemar selama beberapa tahun belakangan.

Stasiun pemantauan udara Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta mencatat, hanya ada 26 hari di mana kualitas udara dapat dianggap baik” sepanjang tahun 2017 lalu. Kondisi udara baik di Jakarta terjadi besar pada saat musim hujan, ketika hujan lebat menyapu langit dan merusak debu.

Data yang sama menunjukkan bahwa pada paruh pertama 2019, sejauh ini baru ada 10 hari di mana udara di Jakarta dinyatakan sehat.

Memburuknya kualitas udara di Jakarta jelas merusak kesehatan warga dan perlahan berpotensi bisa "memangkas" usia warganya 2,3 tahun dari rata-rata umur penduduk, atau dengan kata lain dapat menyebabkan kematian dini.

"Polusi udara yang tinggi merusak kesehatan masyarakat Indonesia," kata para peneliti dari Pusat Kebijakan Energi dari Universitas Chicago, seperti dimuat Channel News Asia (Jumat, 5/7) dilansir RMOL.id.

Sementara itu, Greenpeace Indonesia memperkirakan bahwa sedikitnya 7.390 warga Jakarta meninggal lebih awal setiap tahun karena tingginya tingkat potongan-potongan kecil partikel udara atau yang dikenal dengan istilah PM2.5.

Penyebab yang sama juga membuat hampir 2.000 bayi yang lahir dengan berat badan rendah. [tmc]