Konvoi Bantuan Kemanusiaan Masuk Wilayah Gaza Dilarang Israel

Ilustrasi Kareem Abu Salem/Net
Ilustrasi Kareem Abu Salem/Net

Israel mengatakan tentaranya terluka dalam serangan mortir sementara truk bantuan melintasi perbatasan Kerem Shalom ke Gaza.


Tentara Israel menghalangi dan melarang konvoi truk bantuan kemanusiaan internasional yang akan memasuki wilayah Gaza di Karem Abu Salem, (Kerem Shalom), sebuah perbatasan dengan Israel, Selasa (18/5) meskipun sebelumnya Koordinator Kegiatan Pemerintah Israel di Wilayah (COGAT) mengumumkan pembukaan sementara perbatasan untuk pengiriman bantuan kemanusiaan.

Pihak Israel beralasan, pelaranganan tersebut dilakukan karena seorang tentaranya terluka akibat serangan mortar ke wilayah Karem Abu Salem.

"Setelah penembakan bom mortir ke arah Kerem Shalom Crossing diputuskan untuk menghentikan masuknya sisa truk," kata COGAT.

Dikutip Aljazeera, penasihat media untuk Timur Tengah di Dewan Pengungsi Norwegia, Karl Schembri, , mengatakan penutupan Keram Abu Salem dan Beit Hanoon akan menyebabkan terhentinya bantuan kemanusiaan untuk warga  Gaza yang saat ini sedang sangat membutuhkan pertolongan.

“Oleh karen itu sangat penting penyeberangan (Keram Abu Salem dan Beit Hanoon ) tetap dibuka,” kata Schembri.

“Orang-orang ini tidak hanya membutuhkan barang-barang penting, mereka sekarang membutuhkan bantuan kemanusiaan yang vital. Dan Israel perlu memberikan jaminan bahwa barang-barang ini akan diberikan jalur yang aman. "lanjutnya.

Schembri juga mengatakan perlu ada jalur aman bagi penyaluran bantuan kemanusiaan dan gencatan senjata agar para pekerja bisa masuk dan menilai kebutuhan masyarakat.

"Tidak ada pengiriman yang bisa dilakukan selama pemboman berlanjut," katanya.

Pada hari yang sama, badan bantuan PBB mengatakan lebih dari 52.000 warga Palestina kini telah terlantar akibat serangan udara Israel yang telah menghancurkan hampir 450 bangunan di Jalur Gaza.

Juru bicara Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) di Jenewa, Jens Laerke mengatakan, bahwa sekitar 47.000 pengungsi telah mencari perlindungan di 58 sekolah yang dikelola PBB di Gaza.

Laerke mengatakan 132 bangunan hancur dan 316 rusak parah, termasuk enam rumah sakit dan sembilan pusat kesehatan utama termasuk fasilitas pengolahan air bersi. Hal itu menyebabkan  250.000 penduduk Gaza kesulitan memperoleh air minum.

Selain itu terjadi kekurangan pasokan medis yang parah, risiko penyakit yang ditularkan melalui air dan penyebaran COVID-19 karena orang-orang terlantar berkerumun ke sekolah, kata Margaret Harris, juru bicara Organisasi Kesehatan Dunia.

Kelompok hak asasi yang berbasis di London, Amnesty International menyerukan penyelidikan serangan udara terhadap bangunan tempat tinggal di Gaza.

“Pasukan Israel telah menunjukkan pengabaian yang mengejutkan terhadap kehidupan warga sipil Palestina dengan melakukan sejumlah serangan udara yang menargetkan bangunan tempat tinggal, dalam beberapa kasus menewaskan seluruh keluarga - termasuk anak-anak - dan menyebabkan kerusakan sewenang-wenang terhadap properti sipil, dalam serangan yang mungkin berarti perang. kejahatan atau kejahatan terhadap kemanusiaan, ”kata Amnesty.

Amnesty mengatakan pihaknya mendokumentasikan empat serangan mematikan yang dilakukan Israel terhadap rumah-rumah hunian tanpa peringatan sebelumnya dan meminta Pengadilan Kriminal Internasional untuk menyelidiki.

Dikatakan serangan Israel pada 11 Mei menghancurkan dua bangunan tempat tinggal milik keluarga Abu al-Ouf dan al-Kolaq, menewaskan 30 orang, 11 di antaranya anak-anak.

Seorang wanita dan ketiga anaknya tewas pada 14 Mei ketika bangunan tiga lantai keluarga al-Atar dihantam, katanya.

Ia menambahkan bahwa rumah Nader Mahmoud Mohammed Al-Thom, tempat dia tinggal bersama delapan orang lainnya, diserang tanpa peringatan pada 15 Mei.

Setidaknya 213 warga Palestina, termasuk 61 anak-anak, telah tewas di Gaza sejak serangan dimulai. Sekitar 1.500 warga Palestina terluka.