Kapal BBM Diganti BBG, Solusi Atau Masalah Baru?

RMOLBengkulu. Dinas Kelautan dan Lerikanan (DKP) Kota Bengkulu beberapa waktu menerima bantuan dari pemerintah pusat berupa mesin kapal berbahan bakar gas (BBG). Dengan bantuan mesin berbahan bakar gas ini otomatis mengkonversi kapal berbahan bakar minyak (BBM) yang selama ini digunakan para nelayan ke kapal berbahan bakar gas.


RMOLBengkulu. Dinas Kelautan dan Lerikanan (DKP) Kota Bengkulu beberapa waktu menerima bantuan dari pemerintah pusat berupa mesin kapal berbahan bakar gas (BBG). Dengan bantuan mesin berbahan bakar gas ini otomatis mengkonversi kapal berbahan bakar minyak (BBM) yang selama ini digunakan para nelayan ke kapal berbahan bakar gas.

Namun apakah penggantian kapal dari yang biasanya menggunakan minyak dialihkan menjadi berbahan gas ini sebuah solusi untuk menghemat, atau malah bisa menimbulkan masalah baru ditengah masyarakat.

Kepala DKP Kota Bengkulu, Syafriandi beberapa waktu mengatakan jika penggantian kapal berbahan minyak ke gas ini diharapkan mampu mengurangi pemakaian bahan bakar minyak dan dari segi harga juga lebih efisien BBG daripada BBM.

"Program ini sangat baik untuk mengurangi pemakaian BBM," kata Syafriandi.

Selain itu terkait dengan ketersediaan tabung gas itu sendirian, dapat dipastikan bahwa Pertamina akan mengakomodir permintaan gas dan mempunyai pangkalan khusus untuk para nelayan.

"Jangan sampai nelayan ketika sudah kita kasih mesin malah cari gasnya yg susah. Alhamdulilah Pertamina akan menyediakan pangkalan dan dijual dengan harga subsidi," tambahnya.

Sementara itu ketua komisi II DPRD Kota Bengkulu, Indra Sukma menilai kebijakan tersebut harus melalui pertimbangan yang matang. Mengingat kebutuhan tabung gas melon khususnya di Kota Bengkulu sering terjadi kelangkaan.

"Para nelayan itu sekarang memakai bahan bakar gas 3 kg, kalau habis pasti mereka beli ke pangkalan dengan harga subsidi. Jadi jangan sampai penggunaan gas oleh para nelayan malah menyebabkan kelangkaan, karena itu pasti akan berdampak bagi masyarakat yang benar-benar membutuhkan," ungkapnya kepada RMOLBengkulu, Jumat (6/12).

Menurutnya dengan jatah 3 tabung dalam sebulan bagi masyarakat miskin, itu saja sudah tidak mencukupi dengan jumlah pangkalan elpiji yang tersedia sekarang. Ditambah lagi untuk usaha kecil dan menengah yang hanya mendapat jatah 6 tabung dalam sebulan.

"Ini perlu di kaji lagi, jangan sampai dengan hadirnya kapal berbahan gas ini malah membuat gas sering langka. Kalau memang kebutuhannya seperti itu, Pertamina juga harus menambah pangkalan dari jumlah yang sudah ada di Kota Bengkulu," tegasnya.

Terkait dengan hal itu ia pun mengaku kalau pihaknya dalam waktu dekat akan memanggil dinas kelautan dan perikanan Kota Bengkulu dan Pertamina untuk membicarakan solusi terkait penggunaan kapal BBG. [tmc]