Cadangan Cuma 0,2 Persen. Dikuasai Asing Sejak Zaman Kemerdekaan

RMOLBengkulu. Produksi minyak dan gas (migas) di Indonesia sampai tahun 2019 terus menurun. Kondisi tersebut berbanding terbalik dengan pertumbuhan zaman yang membutuhkan banyak energi seperti motor, mobil, dan listrik.


RMOLBengkulu. Produksi minyak dan gas (migas) di Indonesia sampai tahun 2019 terus menurun. Kondisi tersebut berbanding terbalik dengan pertumbuhan zaman yang membutuhkan banyak energi seperti motor, mobil, dan listrik.

Hal itu disampaikan Kepala Departemen Humas SKK Migas Sumbagsel Andi Arie Pangeran saat menggelar diskusi bersama Jurnalis Sumatera Selatan (Sumsel) dengan tema Dinamika Industri Hulu Migas dan Media Massa Di Era Digital, Kamis (27/2/2020).

Bayangkan saja, saat ini kebutuhan BBM di Indonesia sampai 1,5 juta barel, baik rumah tangga dan industri. Sementara produksi kita hanya 740 barel atau kurang dari setengahnya dan itupun dengan memanfaatkan cadangan migas yang ada,” ungkapnya.

Harus dipahami, Indonesia bukanlah negara yang memiliki sumber daya alam berlimpah seperti migas. Karena, cadangan migas yang dimiliki Indonesia hanya 0,2% atau 3,2 miliar barel.

Apalagi Kondisi hulu migas nasional dari zaman sebelum merdeka, temuan-temuan migas di Indonesia banyak dilakukan perusahaan asing seperti Minas Lapangan Cevron, Natuna Alfa, Hedson, Total dll. Karena teknologi dan SDM Indonesia saat itu belum mumpuni.

Saat ini kita hanya mempunyai 128 cekungan migas, tapi baru terproduksi 78, sehingga kita harus melakukan eksplorasi agar impor yang dinikmati dan mengurangi devisa negara dapat ditekan,” ungkapnya.

Untuk menunjang produksi tersebut, Satuan Kerja Khusus (SKK) Migas terus melakukan eksplorasi terhadap cadangan migas yang dimiliki. Hasilnya, sejak 10 tahun terakhir Sumsel sudah punya beberapa lapangan gas dan saat ini cadangan gas Sumsel mampu memberikan kontribusi sebesar 30% terhadap nasional.

Provinsi Sumsel menjadi salah satu penyumbang migas,. Dimana, minyak yang diproduksi di wilayah ini mencapai 55.000 barel dan gas 1.730,85 MMSCFD,” jelasnya.

Adapun produksi gas Sumsel pada 2019, dihasilkan oleh 12 KKKS yang tersebar di provinsi ini.

Berdasarkan catatan SKK Migas Sumbagsel, produksi gas terbesar bersumber dari lapangan milik ConocoPhillips Indonesia di Grissik dan Suban, yakni sebanyak 1.047,44 MMSCFD.

Selanjutnya, ada pula gas yang diproduksi oleh Medco E&P Asset Rimau dan Medco E&P SSB Asset, sebanyak masing-masing 3,68 MMSCFD dan 59,58 MMSCFD.

Kita berharap, ketika sudah menemukan cadangan di Bayung Lencir ini kontribusi gas Sumsel untuk nasional semakin meningkat,” paparnya dilaporkan Kantor Berita RMOLSumsel. [tmc]