BWS Sumatera VII 'Cuek' Tangani DAM Sabo, Swasta Bantu Turunkan Alat Berat

Tampak alat berat mulai normalisasi tumpukkan material di lokasi Dam Sabo/RMOLBengkulu
Tampak alat berat mulai normalisasi tumpukkan material di lokasi Dam Sabo/RMOLBengkulu

Salah satu peninggalan jejak kejayaan almarhum Presiden ke-2 Republik Indonesia, Jenderal Besar Soeharto di Desa Bungin, Kecamatan Bingin Kuning, Kabupaten Lebong, Propinsi Bengkulu, yakni Set DAM I Sabo Jebol, Rabu (29/3) lalu.


Namun kejadian ini, nyatanya belum menunjukan tanda-tanda Balai Wilayah Sungai (BWS) Sumatera VII selaku pemilik kewenangan bergerak cepat untuk penanganan serius.

Teranyar, dua unit alat berat diturunkan untuk normalisasi sungai Air Kotok di lokasi Dam Sabo tersebut. Saat ini peminjaman alat berat oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) kepada pihak swasta, telah berlangsung, Sabtu (1/4).

Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Kabupaten Lebong, Tantomi menyampaikan, normalisasi sungai di lokasi Dam Sabo dilakukan karena kondisi sungai Air Kotok telah mengalami sedimentasi.

Dikhawatirkan jika hujan kembali mengguyur akan menggenangi pemukiman penduduk seperti yang terjadi beberapa waktu lalu.

"Dalam rangka penanggulangan banjir akibat tanggul dan sabo jebol, agar air yang mengandung belerang tidak sampai ke lahan persawahan warga, dan bila air yang mengandung belerang tersebut sampai masuk ke lahan warga maka tanaman akan keracunan dan mati, dan lahan perlu waktu lama untuk menetralkan kembali agar bisa ditanam," kata Tantomi, Sabtu (1/4) siang.

Dia menambahkan, kondisi Dam Sabo yang jebol diperburuk material yang kian menumpuk ditanggapi serius oleh Bupati Lebong, Kopli Ansori. Sebab, dikhawatirkan berdampak pada program musim tanam kedua (MT2) Lebong.

Di sisi lain, ia mengaku, Pemkab Lebong telah melaporkan kepada BWS Sumatera VII selaku memiliki kewenangan DAM Sabo. Terlebih lagi, kejadian ini sudah berulang kali terjadi tiap tahun di sekitar lokasi.

Hasil disepakati, Pemkab dibantu pihak swasta melakukan tindakan jangka pendek, yakni normalisasi sungai dengan menggunakan alat berat.

"Sudah dikoordinasikan dengan BWS dan Kamis kemaren sudah meninjau langsung ke lokasi. Mereka juga akan mencatat solusinya. Namun, penanganan jangka panjangnya tidak langsung segera karena terkait pelaksanaan anggaran. Mulai dari perencanaan, penganggaran, dan sebagainya," ucapnya.

Tantomi meneruskan, musibah banjir terjadi dimana-mana. Salah satunya banjir sepanjang aliran Sungai Air Kotok yang terjadi di Desa Karang Anyar Kecamatan Lebing Tengah, Desa Nangai Amen dan Kampung Muara Aman Kecamatan Lebong Utara.

Mengingat ini persoalan urgent, BPBD Lebong juga tengah menggagas pengajuan program usulan ke provinsi serta pusat untuk membangun talud secara permanen. 

Hal ini bukan tanpa alasan. Sebab dengan potensi sungai yang kemudian akan meluap sehingga dampaknya akan sangat dirasakan oleh masyarakat.

Lahan perkebunan dan pertanian akan tergenang sehingga kerugian yang ditimbulkan juga akan semakin besar.

"Ini juga dapam rangka tanggap darurat selama 2 minggu kedepan," demikian Tantomi.