Survei IPO: PAN Naik PKS Turun, Persaingan Parpol Menengah Kian Ketat

Hasil survei terkini IPO terkait pergerakan elektabilitas partai politik/Repro
Hasil survei terkini IPO terkait pergerakan elektabilitas partai politik/Repro

Ada satu hal yang menarik dari hasil survei terkini Indonesia Political Opinion (IPO) bertema "Refleksi Penanganan Pandemi dan Dampak Konstelasi Politik 2024". Dua partai yang sama-sama mengalami perpecahan, punya pergerakan elektabilitas yang berbeda. Satu naik, satu lagi turun.


Dua partai itu adalah Partai Keadilan Sejahtera dan Partai Amanat Nasional.  

Dalam survei IPO yang dilakukan pada Agustus 2021, tingkat elektabilitas PKS yang pada April berada di urutan 5 dengan 5,3%, kini menurun ke posisi 8 dengan 4,9%.

Menurut Direktur eksekutifIPO, Dedi Kurnia Syah Putra, salah satu faktornya elektabilitas PKS adalah faktor yang disebutnya sebagai Gelora Effect .

“Kondisi PKS sangat mungkin mempengaruhi lahirnya Partai Gelora, di mana dalam temuan IPO, Gelora mendapat respons elektabilitas 0,7 persen, ini posisi bagus untuk partai baru. Dan berbanding terbalik dengan nasib sesama pendatang baru Ummat yang belum mendapat tanggapan publik, alias 0,0%,” jelas Dedi, dalam keterangannya, Sabtu (14/8).

Berbeda dengan PKS, PAN justru mengalami peningkatan signifikan. Dari posisi pada April 2021 di angka 2,2%, elektabilitas PAN meningkat menjadi 5,8% pada Agustus 2021.

“Meskipun mengalami perpecahan dengan hadirnya Partai Ummat, tetapi Zulhas (Zulkifli Hasan, Red) berhasil membuktikan kepiawaiannya menjaga soliditas PAN, bahkan berhasil mengungguli PKS. Ini menarik sekaligus pesan untuk PKS agar lebih waspada,” kata Dedi.

Ditambahkan Dedi, pergerakan elektabilitas PAN ini sangat prospektif. Apalagi elektabilitasnya bisa meningkat 100 persen dari hasil temuan data sebelumnya.

“Presentase peningkatan PAN cukup mengagetkan jika dibandingkan survei sebelumnya hanya 2,2 persen. Kini PAN mengantongi elektabilitas 5,8 persen. Naik persen lebih, dan sejalan dengan tanggapan publik pada ketokohan Zulhas yang berhasil 10 besar,” jelasnya.

Dalam pandangan Dedi, dari data temuannya ini bisa ditarik kesimpulan bahwa ada pertarungan sengit antarpartai politik dalam meraih elektabilitasnya.

Yaitu antara Parpol kategori menengah dalam menghadapi konstelasi politik 2024 menang cukup menegangkan. Terutama bagi parpol berbasis pemilih Islam.

PKB misalnya, meskipun berada di urutan teratas di kelompok parpol Islam dengan angka 7,5 persen, tetapi raihan tersebut tidak jauh berbeda PAN dan PKS. Sehingga memungkinkan terjadinya perebutan pemilih, terutama yang berbasis Islam, secara ketat.

“Ini pertanda bagus, artinya publik memperhatikan mereka, di luar kelompok PKB, PAN, dan PKS. Ada Demokrat yang terlihat bergeliat, pergerakan angkanya terasa sejak survei April 2021 dan sekarang Demokrat bertahan di posisi ke-4. Ini kemajuan bagus untuk Demokrat dan AHY. Sementara Gerindra meskipun berada di 3 besar, tetapi trennya,” demikian Dedi Kurnia Syah. dilansir RMOL.ID. [ogi]