Reses, Warga Lebong Banyak Keluhkan Soal Banjir

Warga diwilayah Kecamatan Amen dan Kecamatan Lebong Utara (LU) mengeluhkan banjir yang melanda wilayah tersebut setiap kali hujan turun. Khususnya disepanjang aliran Sungai Air Kotok yang melewati aliran pemukiman warga.


Warga diwilayah Kecamatan Amen dan Kecamatan Lebong Utara (LU) mengeluhkan banjir yang melanda wilayah tersebut setiap kali hujan turun. Khususnya disepanjang aliran Sungai Air Kotok yang melewati aliran pemukiman warga.

Hal itu menjadi salah satu keluhan warga dalam reses anggota DPRD Lebong dari Dapil III, di Kantor Pemerintah Kecamatan Lebong Utara, Senin (12/3/2018). Salah satu perwakilan warga yang disampaikan Kades Sukau Mergo, Kecamatan Amen, Rodi  menyebutkan, banjir kerap terjadi dan menyebabkan keresahan bagi warganya dalam menjalankan aktivitas, khususnya ketika musim penghujan. Bahkan banjir kerap masuk ke rumah warga yang merupakan kawasan penduduk.

"Sangat dibutuhkan masyarakat tindakan dari pemerintah dan ini pantas disampaikan kepada DPRD Lebong, sebab apa solusi untuk mengatasi banjir? Apakah kita harus membangun pelapis tebing. Apalagi banjir sering meredam sawah. Kalau hanya mengandalkan gotong royong warga tidak bisa, tidak ada alat berat. Yang ada hanya cakar seadanya,” ungkapnya.

Senada juga disampaikan, Kepala Dusun I Desa Kampung Muara Aman, Kecamatan Lebong Utara, Aswali Aibi, ia mendorong agar pihak terkait untuk segera mencari solusi sekaligus mencermati perubahan kontur sungai Air Kotok yang belakangan ini sudah berubah drastis, khususnya ketika musim penghujan.

"Akhir-akhir ini hujan sedikit pasti banjir sudah meredam di wilayah kita. Kami minta kejelasan pak? Apa sebenarnya penyebab dan tentunya tidak mungkin kejadian ini terus menerus terjadi seperti ini. Contohnya saja seperti bangunan di Balai desa Pyambik sekarang sudah terseret Air Kotok,"tambahnya.

Menanggapi hal itu, Ketua DPRD Lebong, Teguh Raharjo Eko Purwoto menjawab, melalui sidak belum lama ini, banjir disebabkan karena pedangkalan sungai di sepanjang Sungai Air  Kotok. Sedangkan, material itu sendiri menurutnya berasal dari Hulu Sungai Air Kotok.

"Pedangkalan sungai terjadi pasca longsor tahun 2016 lalu di Hulu. Nah kebetulan kemarin kami juga sidak disana, kami lihat disana pak kalau hulunya sekali, itu sudah tidak dilakukan perilaku alam lagi," jelas Teguh.

Kemudian, material sisa-sisa longsor tersebut turun ke areal datar, sehingga terjadinya sedimentasi di Sungai Air Kotok. Akibatnya, setiap hujan turun maka lumpur dan limbah belerang akan masuk ke sepanjang aliran sungai Air Kotok.

"Nah, kalau seandainya kita tetap berkutat terhadap bangunan pelapis tebing, beronjong dan sebagainya. Ini tidak terlalu menjawab. Itupun sudah kami sampaikan kepada pihak OPD terkait untuk melakukan pengerukan dari hulu sampai hilir sungai," tambah Teguh.

Disisi lain, Teguh mengatakan, jika  Sungai Air Kotok merupakan tanggung jawab BWS Sumatera VII Provinsi Bengkulu. Sehingga pemerintah pusat, dalam hal ini juga ikut bertanggungjawab terhadap sungai tersebut.

"Hasil hearing yang kita lakukan kemarin itu hanya penanganan normalisasi sementara saja. Belum dilakukan normalisasi jangka menengah dan jangka panjang," demikian Teguh.

Sementara itu, Anggota DPRD Lebong, M. Gunadi Mursalin menambahkan, Solusi untuk mengatasi banjir adalah dengan cara normalisasi secara keseluruhan dari Hulu sampai Hilir.

"Solusi saya ada, tapi bukan kategori pembangunan. Solusi menurut saya adalah normalisasi harus sungai. Solusi itu sangat diperlukan, jadi kita selamat dan banjir tidak akan terulang lagi. Itu usulan saya, harus segera normalisasi," singkat Gunadi. [ogi]