Meski Miliki Nilai Ekonomis Yang Tinggi, Komoditi Porang Bengkulu Belum Dikembangkan

Ricky Gunarwan/RMOLBengkulu
Ricky Gunarwan/RMOLBengkulu

Perkembangan tumbuhan porang di Provinsi Bengkulu saat ini tengah dikembangkan oleh sejumlah petani yang ada di Bengkulu, Selasa (29/6).


Tanaman jenis umbi-umbian ini memiliki nilai jual ataupun nilai ekonomis yang cukup tinggi. Namun sayangnya, tanaman jenis porang saat ini belum memiliki pangsa pasar lokal melainkan hanya untuk memenuhi pangsa ekspor. 

Seperti yang dikatakan oleh Kepala Dinas Tanaman Pangan Holtikultura dan Perkebunan Provinsi Bengkulu, Ricky Gunarwan bahwa komoditi porang sangat bagus dikembangkan bagi masyarakat Bengkulu.

Namun sayangnya komiditi ini tidak cocok jika dijadikan komoditi unggulan bagi para petani. Mengingat jangka panen tanaman porang memakan waktu yang cukup lama. 

“Tanaman porang ini sangat bagus untuk menambah penghasilan petani tapi bukan untuk komoditi unggulan. Melainkan hanya   sebagai sampinggan,” kata Ricky Gunarwan, kepada RMOLBengkulu.

Tanaman porang ini memiliki nama ilmiah Amorphophallus muelleri yang memakan waktu 1 hingga 2 tahun untuk panen, kata Ricky. Selain itu, pemilihan tanah juga menjadi tolak ukur dalam menanam porang tersebut . 

Seperti lahan marginal maupun tanah yang sudah di olah agar hasil porang tersebut tumbuh baik. Serta layak untuk di ekspor ke beberapa negara yang membutuhkan porang. 

Mengingat, untuk saat ini porang hanya diperuntukan pada pasar ekspor saja dan belum diperuntukan untuk pasar lokal.

“Pasar untuk porang ini sangat terbatas dan belum ada konsumsi untuk dalam negeri. Kalau petani hanya mengandalkan porang saja maka ini akan mengganggu kesejateraan pendapatan petani,” sambungnya.

Kendati demikian, Provinsi Bengkulu khususnya tidak mengembangkan tanaman porang secara separatis ataupun secara besar-besaran karena pangsanya hanya ada pangsa ekspor dan belum ada untuk konsumsi lokal. 

“Kalau ekspornya turun makan akan berpengaruh dan pembelinya juga sangat terbatas  karena belum ada lokalan yang menerima porang ini. Sehingga kita anjurkan untuk komoditi yang pasarnya sudah jelas,” tutup Ricky Gunarwan. [ogi]