Merugi, Perhimpunan Perunggasan Kecewa Dengan Kementan

RMOLBengkulu. Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar Indonesia) Jawa Tengah mengaku kecewa dengan Kementerian Pertanian (Kementan) yang mengakibatkan oversupply ayam broiler di Jawa Tengah (Jateng)


RMOLBengkulu. Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar Indonesia) Jawa Tengah mengaku kecewa dengan Kementerian Pertanian (Kementan) yang mengakibatkan oversupply ayam broiler di Jawa Tengah (Jateng)

Seperti yang diungkapkan Ketua Pinsar Jateng, Parjuni, bahwa pihaknya merugi lantaran kelebihan pasokan alias oversupply dari tingkat pembibitan sampai pasar tradisional.

Padahal, lanjut dia, pihaknya sudah berupaya mengingatkan Kementerian Pertanian terkait dampak oversupply di masyarakat. Bahkan, dia menilai, Kementan keliru dalam mengambil kebijakan terkait oversupply tersebut.

Menurutnya, hal ini membuat kelebihan pasokan semakin tidak terkendali karena hasil panen di tingkat peternak banyak yang tidak terserap oleh pasar.

"Misal kebutuhannya 10 ekor, tapi masih ada stok 15 ekor dari peternak. Akhir kan berlebihan, pas panen jadinya tidak terserap oleh pasar. Ini gara-garanya tim ahli dari Kementan keliru menentukan kebijakan di pasaran. Saat meninjau ke pasar, mereka malah menyebut tidak ada oversupply. Jelas mereka salah besar," papar Parjuni, Selasa (25/6).

Lebih jauh, Parjuni menilai Kementan juga melanggar kesepakatan dengan peternak saat rapat koordinasi di Solo. Dalam rakor tersebut, kata dia, Kementan menyepakati persediaan pembibitan dipangkas 30 persen.

"Kita minta bibitnya segera dipangkas 30 persen. Itu hasil kesepakatan yang kita terima saat rapat bersama di Solo. Tapi kenapa sampai hari ini tidak juga disahkan. Padahal di sisi lain efeknya itu baru kelihatan sebulan kemudian,"  tambah dia.

Parjuni mengaku peternak harus menelan kerugian miliaran rupiah lantaran kebutuhan pasar yang tidak seimbang.

Dia menuding kebijakan yang dilakukan Kementan selama ini imbasnya dirasakan oleh para peternak broiler di setiap daerah. Dampak lainnya, tegas dia, harga boiler kini turun drastis.

"Harganya hancur-hancuran. Lha wong dari HPP-nya Rp18 ribu, sekarang harga jual broiler hidup hanya Rp8.000-Rp9.000 per kilogram," pungkas dia dilansir RMOLJateng. [tmc]