RMOLBengkulu.Sehari sebelum mengalami kecelakaan, pesawat Lion Air dengan nomor lambung PK-LQP mengalami masalah teknis beberapa menit setelah tinggal landas dari Bandara Ngurah Rai di Denpasar menuju bandara Soekarno-Hatta di Cengkareng, Jakarta.
- BPK Didesak Audit Ulang Dana Realisasi Wajib PCR
- TPS Lapas Se-Kota Bengkulu Siap Sukseskan Pemilu 2024
- Pemerintah Tambah Lima Juta Dosis Vaksin Sinovac
Baca Juga
RMOLBengkulu. Sehari sebelum mengalami kecelakaan, pesawat Lion Air dengan nomor lambung PK-LQP mengalami masalah teknis beberapa menit setelah tinggal landas dari Bandara Ngurah Rai di Denpasar menuju bandara Soekarno-Hatta di Cengkareng, Jakarta.
Pilot sempat mengeluarkan panggilan mendesak yang hanya satu tingkat di bawah panggilan Mayday dan meminta untuk kembali ke bandara (return to base).
Kepala Otoritas Bandara Wilayah IV Bali dan Nusa Tenggara, Herson mengatakan, setelah peringatan pilot diperbaharui menara kontrol menyatakan pesawat terbang normal dan pilot tidak akan kembali ke bandara.
"Sang kapten sendiri cukup percaya diri untuk terbang ke Jakarta dari Denpasar," kata Herson seperti dimuat The Guardian.
Pilot maskapai lain yang mendekati Bali tepat setelah pesawat Lion Air lepas landas mengaku mendengarkan percakapan radio antara pilot Lion Air nomor penerbangan JT-043 dengan pengendali lalu lintas udara.
"Karena panggilan Pan-Pan kami diberitahu untuk menunda, mengitari bandara di udara," kata pilot, yang menolak disebutkan namanya karena dia tidak berwenang untuk berbicara kepada media.
Pilot menggunakan panggilan Pan-Pan untuk menandai situasi yang mendesak dan butuh prioritas dari ATC. Ini adalah situasi bahaya setingkat di bawah Mayday, menandakan kondisi tekanan yang parah.
"Pesawat Lion diminta untuk kembali ke Bali lima menit setelah tinggal landas tetapi kemudian pilot mengatakan masalah telah diselesaikan dan dia akan lanjut perjalanan ke Jakarta," kata pilot.
Penerbangan Denpasar-Jakarta mendarat di tujuannya pada pukul 10.55 waktu setempat pada hari Minggu (28/10).
Jet Boeing 737 Max yang sama berangkat pukul 6.20 pagi hari berikutnya menuju pulau Bangka, lepas Sumatera, dan terjun ke laut 13 menit kemudian. Tepat sebelum kecelakaan, pilot telah membuat permintaan untuk kembali ke pangkalan.
Jurubicara Lion Air menolak berkomentar ketika ditanya tentang peringatan pada penerbangan sebelumnya.
CEO Lion Air, Edward Sirait mengatakan, masalah teknis terjadi pada penerbangan Denpasar-Jakarta tetapi telah diselesaikan sesuai prosedur.
Di tengah spekulasi tentang kelaikan pesawat, Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi membebastugaskan direktur teknis Lion Air dan tiga petugas lainnya pada hari Rabu (31/10) lalu untuk investigasi kecelakaan.
"Teknisi yang dibebastugaskan itu mengeluarkan rekomendasi untuk penerbangan [final] itu," ujar Kemenhub dalam sebuah siaran pers. Namun tidak disebutkan berapa banyak teknisi yang diskors.
Boeing's 737 Max diperkenalkan ke layanan komersial pada tahun 2017 dan hingga hari Senin (29/1) memiliki catatan tanpa kecelakaan. Tubuh sempit Max adalah pembaruan dari seri Boeing 737, keluarga pesawat komersial terbesar di dunia dan salah satu yang dianggap memiliki catatan keamanan kuat.
Penyelam pada Kamis (1/11) kemarin mengambil perekam data penerbangan dari pesawat yang hancur di dasar laut berlumpur di lepas pantai Jakarta.
- Korban Bertambah, Penyidik Polda Bengkulu Mulai Garap Kasus Arisan Online
- Polri: Kalau Ada Yang Mudik Sebelum Tanggal 6 Mei, Ya Silahkan
- Kepala Daerah Diminta Mendagri Percepat Pencairan THR dan Gaji ke-13