Lika-liku Bisnis Kopi di Masa Pandemi

Ilustrasi Kopi/Net
Ilustrasi Kopi/Net

Menggunakan topi kupluk dan celemek hitam, Adyos Satrio Triwicaksono dengan sigap membuatkan kopi V60 pesanan pelanggannya. Hanya butuh waktu sekitar 15 hingga 20 menit, kopi tersebut langsung disajikan kepada pelanggan di cafe Shine Co Coffee yang beralamat di Jalan Mayor Zen Komplek Yuri Park Palembang.


Adyos Satrio Triwicaksono merupakan pemilik dari Shine Co Coffe yang telah menggeluti bisnis kopi ini sejak tahun 2019 lalu.

"Sejauh ini sudah ada dua cabang bisnis kopi di Palembang yang kami dirikan, Sangkar Coffee dan Shine Co Coffee," kata Adyos, Sabtu (20/1).

Dia sengaja memilih bisnis kopi karena menjadi bagian gaya hidup dari anak-anak, remaja hingga dewasa. Terlebih lagi, pencinta kopi di Palembang sudah menjamur. Meski demikian, menjalankan sebuah bisnis tidaklah mudah, 'jatuh bangun' dari bisnisnya pun telah dialaminya. Khususnya saat pandemi Covid-19.

"Kami mengalami penurunan omset sekitar 30 hingga 40 persen saat itu," katanya.

Pria bertubuh besar ini harus memutar otaknya agar bisnis yang dijalankannya tersebut tidak berhenti. Salah satunya dengan terus berinovasi. 

Dia pun mengubah strateginya dalam menjalankan bisnis kopi di masa pandemi tersebut, dengan aktif merangkul komunitas agar berkegiatan di kedainya, kemudian memberikan layanan pertunjukkan musik. Bahkan, dia sempat menawarkan layanan untuk acara kopi hajatan. 

"Jadi kami tidak membatasi pangsa pasar untuk bisnisnya, dan memberikan pelayanan serta kenyamanan yang baik sehingga dapat menarik pelanggan," ujarnya.

Sebagai pebisnis kopi, menurutnya harus siap menghadapi segala kemungkinan. Namun, tetap harus melakukan riset dan mencari peluang agar bisnis ini tetap berdiri. Dia juga berpesan yang terlibat dalam bisnis kopi tidak takut mengambil keputusan besar.

"Lakukan riset, pahami peluang bisnis dan tentunya jangan mudah berpuas hati," pungkasnya.