Keterbatasan Komputer dan Internet Jadi Celah Suap di Unila

Humas Penerimaan Mahasiswa Baru Unila, M Komarudin/RMOLLampung
Humas Penerimaan Mahasiswa Baru Unila, M Komarudin/RMOLLampung

Inspektur Investigasi Itjen Kemendikbud Ristek, Lindung Saut Maruli Sirait menyebutkan interval waktu pelaksanaan ujian dengan hasil ujian terjadi cukup lama pada penerimaan mahasiswa baru jalur mandiri. Hal ini menjadi celah untuk terjadi transaksi suap.


Menanggapi hal tersebut, Humas Penerimaan Mahasiswa Baru Unila, M Komarudin menjelaskan interval waktu yang cukup lama tersebut akibat keterbatasan komputer di Unila. Juga jaringan internet yang kurang memadai. 

"Ini menjadi masukan kampus agar memperbanyak jumlah komputer, sehingga waktu bisa lebih singkat jadi proses nego tidak terjadi," kata M Komarudin usai konferensi pers di ruang sidang Rektorat Unila, Minggu (21/8).

Menurutnya, dalam pelaksanaan tes penerimaan mahasiswa baru jalur mandiri, nilai tidak langsung keluar ketikan tes sudah selesai. Melainkan harus menunggu semua peserta menyelesaikan tesnya. 

"Ini yang agak berbeda dengan tes CPNS, harus final dulu baru dihitung. Harapannya transparan nilai seperti tes SBMPTN perlu diterapkan," ujarnya.

M Komarudin mengaku selama pelaksanaan tes, Rektor Unila Prof Karomani tidak pernah memberikan list nama mahasiswa yang harus diloloskannya. Barangkali list diberikan melalui pimpinan pemerintahan mahasiswa baru. 

"Kami tidak tahu, tapi barang kali itu yang diberikan kepada pimpinan penerimaan mahasiswa baru," jelasnya dilansir Kantor Berita RMOLLampung.

Lanjutnya, penerimaan mahasiswa baru jalur mandiri, Unila memberikan kuota 30 persen dari total kebutuhan mahasiswa baru.  Artinya ada sekitar 3 ribuan mahasiswa masuk jalur mandiri dari 10 ribuan mahasiswa baru. 

"Di fakultas kedokteran peminatnya mencapai 800 orang, sementara yang diterima hanya 60-80 orang. Jadi ketatnya luar biasa, barangkali itu menyebabkan orang mengambil jalan singkat dan tidak berkompetisi secara fair," ujarnya.