Kekurangan SDM, Wisatawan China Dibatasi ke Manado

RMOL. Kaya dengan potensi wisata lautnya, Sulawesi Utara (Sulut) malah terbentur dengan masalah sumber daya manusia (SDM) dan infrastruktur. Dengan demikian pengembangan pariwisata di daerah tersebut terkendala.


RMOL. Kaya dengan potensi wisata lautnya, Sulawesi Utara (Sulut) malah terbentur dengan masalah sumber daya manusia (SDM) dan infrastruktur. Dengan demikian pengembangan pariwisata di daerah tersebut terkendala.

Begitu dikatakan Kepala Bappeda Provinsi Sulawesi Utara Dr. Ir. Ricky Toemandoek dalam diskusi "Menggali Potensi Kelautan Nasional" bersamaan dengan press gathering pimpinan MPR dengan wartawan parlemen di Hotel Grand Luley, Manado, baru-baru ini.

Pembicara diskusi ini di antaranya Ayub Khan (Fraksi Demokrat), Andi Akmal Pasluddin (PKS), Yanuar Prihatin (PKB), Abdurrahman Abubakar Bahmid (kelompok DPD).

Ricky yang mewakili Gubernur Sulut Olly Dondokambey yang berhalangan hadir karena ada urusan di Jakarta, membeberkan masalah yang dihadapi pihaknya dalam memajukan pariwisata, khususnya wisata laut di daerahnya tersebut.

Salah satunya kendala dengan keterbatasan SDM terutama untuk pelayanan imigrasi.

Menurut dia, setiap pesawat yang datang membawa 200 wisatawan dari China hanya dilayani enam orang petugas imigrasi.

"Kalau ada beberapa kali penerbangan dari China, petugas imigrasi kita kewalahan," ungkapnya.

Karena itu, Gubernur Sulut ujarnya  meminta untuk membatasi wisatawan dari China sebelum ada penambahan petugas imigrasi.

Kendala lainnya, Ricky menyebutkan apron di Bandara Sam Ratulangi Manado selalu penuh pesawat yang parkir setiap malam. "Pesawat terpaksa harus parkir di Gorontalo," tuturnya.

"Kita sedang merencanakan pembagunan bandara alternatif di Bitung. Landasan bisa mencapai 4.000 meter. Pembangunan bandara alternatif ini sudah ditawarkan ke pemerintah Cina," tuturnya.

Sedangkan anggota MPR Yanuar Prihatin melihat keluhan dari Kepala Bappeda Sulut menunjukkan pemerintah tidak memiliki visi wisata yang kuat. Ketika turis membludak justru dibatasi karena kekurangan petugas imigrasi.

"Kita tidak menyiapkan diri menjadi bangsa yang unggul dalam pariwisata. Kita kehilangan visi tentang pariwisata," katanya.

Yanuar mencontohkan Perancis setiap tahun ada sekitar 90 juta wisatawan. Indonesia hanya 9 juta wisatawan setiap tahun. Thailand bisa mendapatkan 300 triliun dari pariwisata seandainya setiap wisatawan mengeluarkan Rp 10 juta.

"Kita tidak punya visi yang besar tentang pariwisata," demikian Yanuar dikutip Kantor Berita Politik RMOL. [nat]