Hidayatulah: Penolakan Pasien Indikasi Layanan RSUD Curup Belum Siap

RMOLBengkulu. Ketua Komisi I DPRD Rejang Lebong, Hidayatulah menyayangkan adanya insiden penolakan pasien rujukan di RSUD Curup di Dua Jalur karena alasan keterbatasan SDM dan peralatan medis.


RMOLBengkulu. Ketua Komisi I DPRD Rejang Lebong, Hidayatulah menyayangkan adanya insiden penolakan pasien rujukan di RSUD Curup di Dua Jalur karena alasan keterbatasan SDM dan peralatan medis.

Menurutnya jika layanan RSUD Curup benar-benar siap dipindahkan ke Dua Jalur dari sebelumnya di Dwi Tunggal maka tidak ada alasan SDM dan Alat belum siap.

"Kami sangat kecewa dengan pelayanan RSUD Curup, ini menunjukkan kita tidak profesional, jika RSUD di Dua Jalur benar-benar siap maka hal itu tidak akan terjadi," kata Hidayatulah kepada RMOLBengkulu, Senin (8/6).

Dia membeberkan, pada proses relokasi layanan RSUD Curup ke Jalur Dua, pihaknya telah menyetujui anggaran sebesar Rp 750 juta khusus untuk pemindahan seluruh peralatan.

"Rp 750 juta itu untuk pemindahan seluruh peralatan, yang harus siap merelokasi seluruh peralatan, termasuk mesin Jenset, artinya saat pindah ke Jalir Dua tidak lagi ada alasan peralatan belum dipindahkan," bebernya.

Berdasarkan hasil klarifikasi dirinya yang juga anggota Pansus Covid-19 saat pemanggilan manajemen RSUD Curup, dana Rp 750 juta itu tidak terkena pemangkasan untuk penanganan Covid-19.

"Kalau saya tidak bisa menerima alasan mereka jika alat masih ada yang belum dipindahkan, karena dari segi anggaran sudah disiapkan," tegasnya.

Tak hanya soal keterbatasan alat yang belum dipindahkan, terkait SDM di RSUD Curup juga disinggung dirinya, dimana berdasarkan keterangan manajemen RSUD Curup sebelumnya, jumlah total SDM yang tersedia saat ini mencapai 300 orang lebih, mulai dari dokter, analis, bidan dan lainnya, sehingga tidak mungkin menurutnya tenaga medis sesuai bidangnya hanya tersedia satu orang saja.

"Inikan menandakan jika layanan RSUD Curup tidak siap, kanapa harus dipaksa kan pindah," terangnya.

Di sisi lain, dia menambahkan, beberapa waktu terakhir dirinya mendapatkan informasi dan laporan adanya keluhan para pasien terkait layanan di RSUD Curup, dimana para pasien yang baru datang diharuskan Rapid Test dan menunggu hasilnya hingga berjam-jam, namun pasien tersebut hanya dipersilahkan menunggu diteras.

Atas laporan tersebut, dirinya bahkan telah menghubungi Direktur RSUD Curup langsung meminta agar pihak RSUD menyiapkan ruangan khusus untuk para pasien sambil menunggu hasil Rapid Test.

"Saya tidak setuju pasien menunggu di teras, seharusnya pihak rumah sakit menyiapkan ruangan khusus, orang yang datang masuk ruang ini di layani dahulu, disterilkan dulu, setelah hasil rapid keluar baru dilayani di IGD," harapnya.

Sebelumnya, pasien atas nama Adit Alsidiki (13) warga Desa Babakan Baru Kecamatan Bermani Ulu Raya tidak dilayani di RSUD Curup alias ditolak, dimana Adit merupakan pasien rujukan dari Puskesmas Bangun Jaya dengan kondisi tidak sadarkan diri.

Usai ditolak pihak keluarga membawa Adit pulang setelah sebelumbya juga sempat dibawa ke salah satu klinik kesehatan, ditengah perjalanan Adir menghembuskan nafas terakhir.

Berdasarkan keterangan Kabid Pelayan RSUD Curup, Sofan Wahyudi sebelumnya, pihaknya tidak dapat memberikan layanan lantaran RSUD Curup keterbatasan alat CT Scan dan petugas Incubasi sedang tidak ada. [tmc]