Dua Bulan 5 Kasus Kekerasan Seksual Anak Terjadi

RMOLBengkulu. Kasus kekerasan seksual terhadap anak dibawah umur di Kabupaten Rejang Lebong cukup tinggi, dimana hanya dalam kurun waktu dua bulan sudah terjadi 5 kasus.


RMOLBengkulu. Kasus kekerasan seksual terhadap anak dibawah umur di Kabupaten Rejang Lebong cukup tinggi, dimana hanya dalam kurun waktu dua bulan sudah terjadi 5 kasus.

Kapolres Rejang Lebong, AKBP Jeki Rahmat Mustika melalui Kasat Reskrim AKP. Jerry Antonius Nainggolan didampingi Kanit PPA. Aipda Desi Oktavianti mengatakan, dari 5 kasus yang tengah dutangani pihaknya tersebut 4 diantaranya terjadi dalam bulan Februari 2019.

"Hingga saat ini sudah 5 perkara yang kita tangani, 1 perkara terjadi pada Januari dan 4 perkara lainnya terjadi pada bulan Februari," kata Aipda Desi kepada RMOLBengkulu, Rabu (27/2).

Disebutkan dia, kasus pertama persetubuhan yang korbannya ana dibawah umur tersebut yakni terjadi di Kecamatan Curup Selatan pada 30 Januari lalu, kemudian di Kecamatan Curup Utara yang terjadi ada 5 Februari, kasus ketiga terjadi pada 12 Februari yang juga di Kecamatan Curup Utara.
Selanjutnya terjadi di Kecamatan Curup Tengah pada 20 Februari dan terakhir kasus yang terjadi di Kecamatan Bermani Ulu pada 23 Februari kemarin.

"Dari 5 kasus yang terjadi, satu korbannya saat ini tengah hamil yakni yang terjadi di Kecamatan Curup Selatan," bebernya.

Anak bawah umur yang menjadi korban korban kekerasan seksual itu menurut dia 4 diantaranya merupakan pelajar sekolah baik SMP dan SMA sedangkan satu korban lainnya merupakan anak putus sekolah.

Para pelaku sendiri menurut Aipda Desi, pria beristri yang sudah memiliki anak, dimana para pelaku merupakan orang terdekat korban.

Kasus kekerasan seksual terhadap anak pada tahun 2019 ini berpotensi meningkat, pasalnya selama tahun 2018 lalu kasus yang terjadi hanya sebanyak 15 perkara, sedangkan dalam kurun waktu dua bulan selama 2019 sudah mencapai 5 kasus.

Maraknya kasus kekerasan yang terjadi diwilayah itu karena banyak faktor, mulai dari faktor perkembangan teknologi, faktor ekonomi dan sebagainya, namun pihaknya menilai faktor perhatian keluarga lah yang paling dominan.

"Kurangnya perhatian kelurga dan kasih sayang merupakan faktor yang paling dominan dalam kasus tersebut, untuk itu kami menghimbau kepada para orang tua agar mengawasi dan memperhatikan anaknya," demikian Aipda Desi. [nat]