Digertak AS, Mendag Ciut

RMOLBengkulu. Anggota Fraksi Golkar DPR Firman Soebagyo menganggap sikap Pemerintah membatasi impor produk pertanian dari Amerika Serikat (AS) sudah sangat tepat.


RMOLBengkulu. Anggota Fraksi Golkar DPR Firman Soebagyo menganggap sikap Pemerintah membatasi impor produk pertanian dari Amerika Serikat (AS) sudah sangat tepat.

Dengan pembatasan itu, pertanian di dalam negeri menjadi bergeliat. Makanya, dia sangat menyesalkan sikap Kementerian Perdagangan (Kemendag) yang terkesan takut dengan tekanan AS yang ingin membatalkan pembatasan itu.

Saat ini, AS sedang meminta World Trade Organisation (WTO) menjatuhkan denda Rp5 triliun terkait pembatasan impor yang dilakukan Indonesia. Takut dengan denda ini, Kemendag bersiap membuka kembali keran impor produk pertanian dari AS.

Kata Firman, sikap Kemendag ini menunjukkan mereka tidak mau usaha. Mereka memilih kalah sebelum bertarung. Padahal, jika argumentasi Indonesia kuat, WTO juga tidak akan mengabulkan permintaan AS.

Firman lalu mencontohkan upayanya di WTO beberapa tahun lalu dalam kasus tembakau Indonesia.

"Sewaktu menjadi Ketua Pansus Tembakau, saya juga ke WTO. Di sana ternyata ada klausul melindungi petani-petani, terutama di negara-negara berkembang. Kesalahan Mendag, mungkin ketika sidang di sana, mereka serahkan badan begitu saja. Padahal, waktu kasus tembakau dan sawit kita menang kok," ucap Anggota Komisi II DPR saat dihubungi, Minggu (12/8).

Sebelumnya, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan Indonesia akan membuka keran impor produk pertanian asal AS untuk menjawab ancaman sanksi WTO.

Keran impor yang akan dibuka lain kedelai, kapas, dan daging sapi. Enggartiasto beralasan, tiga barang itu dibutuhkan di dalam negeri. AS saat ini memasok 98,3 persen kebutuhan kedelai dalam negeri.

Menurut Firman mengaku terheran-heran dengan kebijakan Mendag ini. Sebab, pembukaan keran impor ini seakan-akan Indonesia menyerah dengan kepentingan AS.

"Jadi, akhirnya kan kesannya tidak ada fight. Padahal di sawit kita menang. Padahal itu ada rule-nya bahwa negara anggota diperbolehkan melindungi komoditas tertentu," kata Firman seperti dilansir dari Kantor Berita Politik RMOL.

Dia pun mengingatkan Mendag untuk lebih memerhatikan kepentingan rakyat. Bukan pengusaha-pengusaha asing di AS yang sedang bingung mencari pasar akibat perang dagang dengan China.

"Tentunya menteri itu harus bicara kepentingan rakyat. Yang dilakukan Mendag sekaranv ini bela kepentingan rakyat petani atau pengusaha? Jangan karena menterinya pengusaha kemudian bela juga pengusaha," ujar Firman.

Firman yakin, pembatasan impor yang dilakukan tidak bakal membuat rakyat kesusahan. Sebab, saat ini, sektor pertanian Indonesia sudah sangat maju. Beberapa komoditas sudah swasembada. Bahkan, banyak juga yang sudah berhasil diekspor. [nat]