Cerita Yoga, 23 Hari Bertahan Hidup Di Hutan

M Aslori Prayoga saat tiba di Kantor BPBD Lebong, ingin mengucapkan terima kasih kepada petugas BPBD Lebong/RMOLBengkulu
M Aslori Prayoga saat tiba di Kantor BPBD Lebong, ingin mengucapkan terima kasih kepada petugas BPBD Lebong/RMOLBengkulu

Seorang pemuda tersesat selama 23 hari di dalam hutan di kawasan Taman Nasional Kerinci Sebelat (TNKS).


Pemuda bernama M Aslori Prayoga, 33 tahun warga Ketenong I Kecamatan Pinang Belapis, Kabupaten Lebong, ini tersesat saat mencari tambang emas bekas Belanda.

Dia tersesat saat pergi bersama temannya bernama Gito (33) Talang Bunut Kecamatan Amen.

Secara kronologis, mereka berpamitan untuk bepergian dan mencari emas. Namun setelah beberapa hari tak kembali, mereka dinyatakan hilang.

"Awalnya kami berdua sepakat mencari bekas galian (tambang emas) bekas belanda," ujar Yoga sembari menceritakan kepada RMOLBengkulu, Selasa (18/10).

Tak ada makanan berlebihan yang dia bawa. Hanya tenda, obat-obatan, rokok, kopi, beras 6 liter, dan panci keperluan dapur.

Tak ada pula selimut maupun peralatan untuk bertahan hidup di alam liar.

Namun ajaibnya, dia mampu bertahan sebelum temukan pemukiman di kawasan Kabupaten Muara Tara Sumatera Selatan, pada tanggal 8 Oktober.

"Awalnya kita cari tambang emas sisa-sisa peninggalan belanda dan alhamdulillah sudah ditemukan pada hari kelima. Sisa-sisa situs peninggalan belanda berupa go'a," jelasnya.

Cara Bertahan Hidup

Beruntung, Yoga dan temannya adalah seorang petualang. Dia bisa mengendalikan dan menenangkan diri ketika tersesat, meski dengan bekal seadanya.

Setelah diminta keterangan, kedua pemuda tak mengonsumsi makanan apapun selama tersesat.

Mereka hanya bertahan hidup dengan meminum air sungai, dan unas pohon-pohonan yang direbus tiap pagi.

Untuk menyalakan api, ia menggunakan getah damar sebagai bahan bakar untuk meresbus unas pohon-pohon tersebut.

"Unas pohon (apa saja) direbus tiap pagi. Getah Damar (bahan bakar) untuk merebus tiap hari," bebernya.

Yoga saat mendirikan tenda dan merebus unas pohon di hutan

Di sisi lain, mereka belajar mencari makan, dengan berburu, dan memasang perangkap hewan kecil seperti katak, ikan di aliran sungai, yang selanjutnya mereka tangkap dan dimakan.

Cerita Sampai Tersesat

Awalnya dirinya ingin pulang di hari kedelapan. Akan tetapi, ia bersama temannya salah menentukan jalur pulang. Keduanya mengikuti daerah aliran sungai (DAS) yang awalnya ia prediksi Hulu menuju Hilir Sungai Sebelat.

Namun, saat disisir ternyata sungai itu membawa kedua pemuda ini ke Hulu Rawas yang berada di kawasan Kabupaten Muara Tara Sumatera Selatan.

Saat malam, suhu di dalam Hutan makin dingin dan lembab. Dirinya pun mulai frustasi karena tidak juga bisa kembali ke jalur awal.

"Selama perjalanan kami sudah tidak bisa menghitung naik turun bukit," kata Yoga.

Saat matahari tenggelam, ia tidak ingin berjalan lebih jauh lagi, dan memutuskan untuk mendirikan tenda untuk beristirahat.

"Dari awal pergi sampai pulang kami perkirakan hanya 2 minggu berangkat. Akan tetapi, setelah dilihat perjalanan lebih dari 2 Minggu," ceritanya.

Dalam perjalanan, pihaknya menemukan ladang warga Napal Licing Kecamatan Ulu Rawas Kabupaten Muara Tara, pada tanggal 5 Oktober atau tiga hari sebelum menemukan pemukiman.

"Tiga hari sebelum (ketemu pemukiman), tanggal 5 Oktober, kami masuk Desa Napal Licin, kami juga menemukan sisa-sisa logistik dari bekas pondok warga yang sedang mencari burung sebanyak 1 liter beras," bebernya.

Hingga berhari-hari lamanya mereka bertahan hidup dengan cara tersebut, hingga suatu ketika mereka akhirnya ditemukan oleh penduduk yang sedang berkebun.

Di lokasi dirinya meminta warga setempat yang berkebun di sekitar mengantar ke tempat Kepala Desa (Kades) untuk melaporkan kepada keluarganya di Lebong terkait keberadaannya. Sebab, keduanya tidak tahu jalan pulang selama dihutan.

"Alhamdulillah, setelah berjalan kaki tiga hari, atau tanggal 8 Oktober kami tiba di kawasan Kabupaten Muara Tara Sumatera Selatan," imbuhnya.

Yoga bersama Gito saat bertemu warga di Napal Licin

23 Hari di dalam hutan bukanlah waktu yang sebentar. Tanpa perbekalan, Yoga dan temannya tetap terus berjuang meski kondisinya terus menurun.

Yoga kini sudah tiba di Lebong. Ia pun menyebut pengalamannya sebagai 'perjalanan salah menentukan jalur pulang'.  "Daerah yang kami lalui, banyak binatang liar yang kami temukan. Mulai dari beruang, Rangkong, Merak Sumatera, dan binatang lainnya," sebut Yoga.

Tentu juga menjadi pembelajaran bagi traveler lain, untuk tetap berhati-hati saat trekking masuk ke dalam hutan dan jangan pernah menganggap remeh apapun. Siapkan segala perbekalan dan peralatan sebelum trekking.

"Saya juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang ikut membantu baik secara moril maupun materil dalam hal musibah yang saya alami," pungkasnya.

Untuk diketahui, Tim gabungan Badan SAR Nasional (Basarnas) Provinsi Bengkulu bersama TNI, Polri, Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Lebong, bersama masyarakat, berjibaku mencari kedua warga itu yang dilaporkan hilang sejak 14 September bernama M Aslori Prayoga dan Gito.

Keduanya berhasil diketahui, ketika Yoga sekitar pukul 18.05 WIB pada tanggal 8 Oktober 2022, menelpon menggunakan telepon genggam melaporkan keberadaannya.