Tolak Akhiri Perang, Israel Hanya Ajukan Gencatan Senjata Dua Bulan

Demonstran memegang potret sandera yang ditahan oleh kelompok teror Hamas selama unjuk rasa di dekat Kediaman Perdana Menteri Israel di Yerusalem pada Senin, 22 Januari 2024/Net
Demonstran memegang potret sandera yang ditahan oleh kelompok teror Hamas selama unjuk rasa di dekat Kediaman Perdana Menteri Israel di Yerusalem pada Senin, 22 Januari 2024/Net

Setelah menolak proposal Hamas untuk mengakhiri perang, kini Israel memberikan tawaran baru untuk melakukan gencatan senjata selama dua bulan.


Mengutip laporan Axios pada Selasa (23/1), proposal gencatan senjata telah diajukan Israel melalui mediator Qatar dan Mesir.  

Para pejabat Israel yang tidak disebutkan namanya mengatakan saat ini pihaknya tengah menunggu tanggapan Hamas terkait proposal baru dan sangat optimis bisa diterapkan.

Sebagai imbalan untuk gencatan senjata, Israel dalam proposalnya meminta agar Hamas membebaskan 136 sandera dalam dua tahap.

Tahap pertama terdiri dari anak-anak, perempuan, laki-laki yang berusia di atas 60 tahun, dan sandera yang sakit kritis.

Sementara tahap kedua, adalah tentara perempuan dan laki-laki di bawah usia 60 tahun yang bukan tentara, diikuti oleh tentara laki-laki dan jenazah sandera.

"Tetapi Israel akan berunding terlebih dahulu untuk menyepakati jumlah pembebasan sandera," ungkap pejabat yang mengetahui isi proposal Israel.

Jika Hamas mau menyetujui proposal tersebut, Israel berjanji akan membebaskan lebih banyak tahanan Palestina, meskipun tidak bisa sepenuhnya.

Israel berjanji untuk menarik beberapa pasukan dari wilayah utama, namun tidak bisa sepenuhnya meninggalkan Gaza tanpa pengamanan militer.

"Jika diterapkan, cakupan operasi IDF (pasukan Israel) di Gaza akan jauh lebih kecil setelah jeda berakhir," tambah pejabat.

Hamas sebelumnya mengirimkan proposal serupa dan bersikeras menolak pembebasan sandera jika Israel tidak benar-benar menghentikan perang.

Lebih dari 250 warga Israel diculik oleh Hamas selama serangan 7 Oktober yang menewaskan hampir 1.200 orang.

Akhir November lalu, 105 sandera berhasil dibebaskan setelah kedua pihak berkonflik menyepakati gencatan senjata kemanusiaan selama sepekan yang dimediasi oleh AS dan Qatar.