Tanpa Bantuan Pemda, Pria Ini Nekat Ikut Balap Sepeda Level Nasional

RMOLBengkulu. Dua orang pria tegap berdiri di depan mobil, Kamis (18/7) kemarin, mencuri perhatian warga di Desa Kota Donok Kecamatan Lebong Selatan, Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu.


RMOLBengkulu. Dua orang pria tegap berdiri di depan mobil, Kamis (18/7) kemarin, mencuri perhatian warga di Desa Kota Donok Kecamatan Lebong Selatan, Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu.

Rupanya satu unit sepeda yang sudah terikat di atas kendaraan roda empat jenis Timor dengan nopol polisi BG 1854 QB itu hendak keluar daerah menuju Kota Lubuk Linggau, Sumatera Selatan (Sumsel).

Sebelah kiri namanya Anjas Tanoto (33) warga Sukasari, dan sebelah kanannya bernama Frengki (28) warga Kota Donok Kecamatan Lebong Selatan. Begitu saat mereka mengenalkan diri saat diwawancarai RMOLBengkulu.

Mungkin bagi sebagian orang, namanya tak begitu terdengar secara masif. Namun, diam-diam niat keduanya keluar dari Bumi Swarang Patang Stumang patut diacungi jempol.

Bagaimana tidak, Anjas diam-diam seorang atlet pesepeda gunung yang juga merupakan sehari-harinya sebagai petani serabutan ini membawa nama besar Kabupaten Lebong dan Provinsi Bengkulu, dalam ajang Mountain Bike atau Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Downhil level nasional yang akan digelar di Kota Lubuk Linggau.

Suami dari Devina ini menjelaskan, ia terpaksa berangkat dengan menggunakan biaya sendiri untuk mengikuti Kejurnas tersebut. Hal itu dikarenakan, tidak adanya respon positif dari pemerintah daerah setempat.

"Walaupun tanpa bantuan dari Pemkab Lebong, keberangkatan saya ikut Kejurnas Downhil ini tetap membawa nama baik Kabupaten Lebong dan Provinsi Bengkulu. Memang pernah kita mengajukan proposal tapi tidak ada anggapan," curhatnya.

Pria yang sudah berkepala tiga ini menambahkan, saat hendak berangkat dirinya sudah mendaftar dua kelas sekaligus.

Kelas pertama untuk nomor Downhil yang diselenggarakan pada tanggal 19 hingga 20 Juli 2019, dan kelas Enduro yang diselenggarakan pada tanggal 20-21 Juli 2019.

Namun, pencapaian untuk mengikuti lomba kejurnas itu bukan sekadar turun langsung dari langit. Melainkan, dengan semangat, usaha, dan kerja kerasnya selama ini.

Sebab, untuk mendaftar tiap kelasnya ia harus mengeluarkan uang Rp 750 ribu. Belum lagi ditambah biaya rental mobil, hingga uang operasional selama perjalanan ia mengikuti lomba level nasional tersebut.

"Ya, memang seperti itu. Namanya juga hobby. Setidaknya, nama Lebong dan Bengkulu tetap ada di level nasional ini," ujar pria yang bekerja sebagai petani ini.

Sementara itu, salah satu pendampingnya Frengki menambahkan,  sekitar ratusan pembalap sepeda yang datang dari 26 propinsi seluruh Indonesia akan ikut serta di babak kualifikasi PON XX dan Kejurnas ISSI 2019.

Dia mengutarakan, selama ini jalur lintas di Desa Mangkurajo Kecamatan Lebong Selatan digunakan sebagai pusat pelatihan balap sepeda. Disisi lain, Ia berharap, permasalahan ini tidak menjadi berlarut-larut. Apalagi para atlet pergi kesana dengan membawa nama Lebong.

"Keikut sertaan Anjas dalam Kejurnas Downhil ini, karena mendapatkan undangan dari Indonesian Cycling Federation (ICF)," tutupnya. [tmc]


                    q