Pelabuhan Pulau Baai Berpotensi Jadi Penggerak Ekonomi Sumatera

Plt. Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah meyakini dalam kurun waktu 5 sampai 10 tahun kedepan, Pelabuhan Pulau Baai akan mampu menjadi penggerak ekonomi di Sumatera.


Plt. Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah meyakini dalam kurun waktu 5 sampai 10 tahun kedepan, Pelabuhan Pulau Baai akan mampu menjadi penggerak ekonomi di Sumatera.

Keyakinan ini bukan tanpa alasan, sebab Pelabuhan Pulau Baai ini merupakan pelabuhan terluas di Indonesia. Luasnya tiga kali lipat dari luas Pelabuhan Tanjung Priok yakni mencapai 1.200 hektare dengan otoritas kepemilikan yang jelas yakni Pelabuhan Indonesia (Pelindo). Ditambah lagi letak pelabuhan yang tidak jauh dari pusat kota membuat pelabuhan ini sangat mudah diakses.

"Saya yakin betul, kedepan pelabuhan ini bisa menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi Sumatera, jika kita bisa memanfaatkan potensi ini," jelas Rohidin.

General Manager PT. Pelabuhan Indonesia II/IPC Bengkulu Drajat Sulistyo menyebutkan saat ini pihaknya terus berusaha mengembangkan Pelabuhan Pulau Baai agar dapat terkoneksi dengan wilayah tetangga, sehingga menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi sesuai yang diharapkan gubernur. Pengembangan itu diantaranya dilakukan dengan rencana pengerukan alur pelabuhan, menurutnya rencana pengerukan alur pelabuhan dengan luas 2.300 meter ini sudah disetujui oleh Dewan Direksi Pelindo, dan dalam waktu dekat akan langsung ditinjau oleh Menteri BUMN.

"Pendangkalan ini terjadi karena tidak dirawat dan dikelola dengan baik, jika dikelola saya pikir ini bisa terselesaikan," jelasnya.

Untuk meningkatkan aktifitas di pelabuhan, tahun 2018 pihaknya akan mulai membangun terminal CPO dengan kapasitas loading mencapai 6 juta ton.

"Bengkulu ini merupakan penghasil CPO terbesar ke tiga di Sumatera. Namun selama ini kita tidak punya moda transportasi pelabuhan yang memadai, mudah-mudahan ini bisa kita wujudkan tahun depan," tutur pria berusia 38 tahun itu.

Selain itu mantan Asisten Teknik Sipil Pelabuhan Padang ini, akan mengembangkan kawasan pelabuhan menjadi kawasan industri dengan mengelola sumber daya alam yang melimpah mulai dari CPO, batu bara, karet dan lainnya.

Serta yang terbaru adalah menjadikan Pelabuhan Pulau Baai sebagai pusat karantina hewan di Indonesia. Program ini merupakan kerjasama Pemerintah Provinsi Bengkulu dengan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang pada 7 November lalu telah bersepakat menandatangi MoU kerjasama pengembangan ternak sapi, sebanyak 1.000 ekor. Sapi-sapi ini nantinya akan didatangkan dari Pelabuhan Tenau Kupang ke Pelabuhan Pulau Baai. Kerjasama ini nantinya diyakini akan menjadikan Bengkulu sebagai lumbung daging nasional.

"Jika semua rencana pengembangan ini berjalan, maka akan membutuhkan ribuan orang untuk menjadi tenaga kerja. Langkah ini sangat luar biasa untuk meningkatkan perekonomian masyarakat Bengkulu," demikian Drajat.

Untuk itu lanjut Drajat, IPC Bengkulu akan memberikan dukungan penuh agar program swasembada daging terealisasi. Dukungan IPC Bengkulu tersebut akan dilakukan mulai dari produktifitas bongkar muat, serta mempersiapkan dermaga khusus ternak serta IPC Bengkulu akan membangun  life stock terminal seluas 200 hektare yang peruntukannya untuk terminal hewan ternak, sekaligus menjadi hubungan wilayah Sumatera.

"Kami siap mendukung swasembada daging di Provinsi Bengkulu, dengan menyiapkan fasilitas lahan untuk menampung sapi sebelum dikirim ke wilayah luar Bengkulu," ucapnya.

Dari kerjasama 1.000 hewan sapi yang disepakati masuk Provinsi Bengkulu dari Provinsi NTT, Badan Usaha Milik Petani (BUMP) NTT akan mengirim 500 hewan sapi di awal. 500 hewan sapi ini nantinya akan diangkut dari Kupang NTT menggunakan kapal cargo PT Pelayaran Sea Asih Lines yang kegiatan bongkarnya di dermaga Nusantara 1 Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu. [Y21]