Kinerja Bank Tidak Baik Mesti Diaudit

RMOLBengkulu. Kinerja perusahaan Bank Jabar Banten (BJB) selama tiga tahun terakhir belum menunjukan performa yang baik dibandingkan dengan tiga bank sejenis di daerah lain. Dengan demikian, dibutuhkan audit untuk memperbaiki kinerja perusahaan.


RMOLBengkulu. Kinerja perusahaan Bank Jabar Banten (BJB) selama tiga tahun terakhir belum menunjukan performa yang baik dibandingkan dengan tiga bank sejenis di daerah lain. Dengan demikian, dibutuhkan audit untuk memperbaiki kinerja perusahaan.

Hal itu disampaikan peneliti dari Badan Penelitian dan Pengembangan Forum Masyarakat Juara, Andre Ariesmansyah dan Tri Wahyudi usai diskusi publik bertajuk evaluasi kinerja BUMD di Taman Wisata Rukun Kopi, Jalan Sulaksana, Kota Bandung, Sabtu (29/9).

Ada tiga parameter kinerja dari aspek earning (pendapatan) yang dibandingkan, yakni Return on Asset (ROA) sebagai indikator mengukur rasio profitabilitas bank; Biaya Operasioanal Pendapatan Operasional (BOPO) yakni hal yang saling bekaitan dimana jika pendapatan lebih besar dari biaya operasional, maka perusahaan akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar.

Lalu, Net Interest Margin (NIM) yang merupakan ukuran perbedaan antara bunga pendapatan yang dihasilkan oleh bank atau lembaga keuangan lain dan nilai bunga yang dibayarkan kepada pemberi pinjaman mereka (misalnya, deposito), relatif terhadap jumlah mereka (bunga produktif ) aset.

"Dari data laporan keuangan auditor independen BEI (Bursa Efek Indonesia), BJB ini performanya ga bagus," ujar Andre, seperti diberitakan RMOLJabar.

Dari data itu, diketahui untuk ROA bank BJB tahun 2015 di angka 1,46%, BOPO diangka 87,65%, dan NIM 9,15%.

Tahun 2016 ROA bak BJB di angka 1,13%, BOPO 92,86%, dan NIM 9,69%. Sementara untuk tahun 2017 ROA bank BJB di angka 1,05%, BOPO 92,84%, dan NIM 8,93%.

Kesimpulannya, rata-rata catatan ROA ada diangka 1,47 persen. Tidak berbanding lurus dengan BOPO yang meningkat dengan angka rata-rata 88,65 persen. Sederhananya, kinerja Bank BJB tidak efisien.

Sementara itu, NIM BJB di periode yang sama pun menurun dengan rata-rata berada di angka 9,73 persen.

"Di tengah penurunan NIM yang dialamj Bank BJB, tidak sebanding dengan pertumbuhan kredit," ucapnya.

Di periode yang sama, kondisi ROA di bank sejenis, seperti Bank Jateng mengalami peningkatan dengan rata-rata diangka 2,63 persen, bank Jatim fluktuatif dengan rataan angka 2,24 persen, bank DKImeningkat dengan rataan 1,36 persen, bank Sumut fluktuatif dengan ratan di angka 2,23 persen.

"Perbandingan (ROA) bank BJB berada di urutan ke empat. Artinya, asset yang dimiliki Bank BJB menghasilkan laba yang kecil. Penyebabnya busa karena kualitas kredit yang tak baik, calon nasabah lari ke bank lain atau pemborosan biaya operasional," imbuhnya.

Dilihat dari aspek BOPO, bank Jateng menurun dengan rataan di angka 75,60 persen, bank Jatim menurun dengan rataan di angka 61,57 persen, bank DKI menurun dengan rataan di angka 72,75 persen,bank Sumut pun menurun dengan rataan di angka 67,52 persen.

Dengan komparasi itu, BJB memiliki rataan BOPO tertinggi. Artinya, tingkat efisiensinya sangat rendah dibandingkan dengan bank sejenis lain.

"Dari analisa kami, kondisi itu bisa jadi karena pemborosan. Biaya operasional dan bunga pertumbuhan persentasenya melebihi pertumbuhan persentase pendapatan bunga dan pendapatan lainnya," jelas Andre.

Selanjutnya, dilihat dari aspek NIM, bank Jateng menurun dengan rayaan 6,66 persen,bank Jatim fluktuatif dengan rataan di angka 11,69 persen, bank DKI fluktuatif dengan rataan di angka 9,12 persen dan bank Sumutmenjngkat dengan rataan di angka 11,30 persen.

Dari data itu, bank BJB berada di urutan ketiga. Artinya, kontribysi aktiva produktif (kredit) untuk menghasilkan pendapatan bunga belum optimal. Karena, NIM yang baik harus meningkat setiap tahun.

"Analisa kami dari aspek NIM ini bisa jadi karena pendapatan bunga tidak optimal karena suku bunga tinggi, atau kualitas kredit yang belum baik," katanya.

"Intinya data dan analisis kami boleh dikaji lebih lanjut. Bisa saja dilakukan audit oleh pihak terkait, seperti OJK (otoritas Jasa Keuangan)," pungkasnya. [nat]