Ketat Di Perbatasan, Lemah Dalam Kabupaten

Rozy Antony/RMOLBengkulu
Rozy Antony/RMOLBengkulu

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lebong memberlakukan pengetatan di pintu gerbang masuk wilayah Kabupaten Lebong, tapi lupa memperhatikan kerumunan dalam Kabupaten Lebong.


Jelang dan saat Idul adha 1442 hijriah, jumlah pengunjung pusat perbelanjaan dalam Kabupaten Lebong membludak. Bahkan, warga masih ada berkerumunan tanpa menjaga jarak saat menggelar hajatan dan ritual tolak balak.

Tak terlihat adanya pengawasan terkait protokol kesehatan di sana. Semua terasa normal. Sebagian pengunjung masih menggunakan masker, tapi sebagian lagi terlihat cuek.

Protokol kesehatan kelihatannya hanya berlaku pada momentum kegiatan saja, tidak pada kerumunan masyarakat di pusat perbelanjaan.

Pemerintah terlihat ketat di perbatasan, tapi lemah di dalam kabupaten. “Ini juga ketat di perbatasan tapi kerumunan begitu dibiarkan,” kata Ketua Gemuru Kabupaten Lebong, Rozi Antony pada Rabu (21/7).

Meski begitu, momen membludaknya ini juga berdampak positif pada pendapatan para pedagang baju dan asesoris lebaran, warung kopi dan pengusaha mainan yang ada.

Keuntungan lainnya juga dirasakan para tukang parkir karena banyaknya kendaraan yang datang dari luar kabupaten. Itupun karena dinilai kepala daerah maupun Pemkab tidak bisa mengatasi perekonomian warga selama pandemi Covid-19.

"Artinya, pencegahan harus mempertimbangkan perekonomian warga juga donk. Dan sampai sekarang belum terlihat, dan belakangan ini hanya sebatas kegiatan formalitas saja,” terangnya.

Dia menegaskan, Anggaran Belanja Tak Terduga (BTT) Pemkab Lebong dalam dua tahun terakhir miliaran. Karena itu, pemerintah harus mengevaluasi pengadaan rapid test, masker termasuk adanya kecenderungan komersialisasi swab antigen.

"Anggaran kita tidak banyak dan selalu defisit, apakah ini tidak lebih urgen dibandingkan lainnya? Jangan sampai ketat di perbatasan dan lemah di dalam. Itu namanya sia-sia," tuturnya.