Ini Kondisi Prasasti Gerhana Matahari Total 1988 Di Bengkulu

RMOL. Pristiwa Gerhana Matahari Total (GMT) di Provinsi Bengkulu, pada Jumat (18/03/1988) silam, hingga kini masih dikenang oleh masyarakat, Desa PAL 30, Kecamatan Lais, Kabupaten Bengkulu Utara (BU), Provinsi Bengkulu.


RMOL. Pristiwa Gerhana Matahari Total (GMT) di Provinsi Bengkulu, pada Jumat (18/03/1988) silam, hingga kini masih dikenang oleh masyarakat, Desa PAL 30, Kecamatan Lais, Kabupaten Bengkulu Utara (BU), Provinsi Bengkulu.

Bagaimana tidak, saat posisi bulan terletak diantara bumi dan matahari ketika itu telah dibangun prasasti Gerhana Matahari Total setinggi dua meter dengan ukuran 1x1 meter persegi, yang berada di dalam perkarangan Rumah Dinas Camat Lais, samping Jalan Raya Pal 30, Bengkulu-Mukomuko, 1 km dari bibir pantai.

Diceritakan tokoh masyarakat sekaligus mantan kades PAL 30, Bahtiar (50), kepada RMOL Bengkulu, Minggu, (6/3/2016), banyak pengunjung dari luar daerah serta turis mancanegara datang ke desanya, untuk menyaksikan langsung Gerhana Matahari Total yang hanya melintas di Indonesia saat itu. Bedanya saat ini, sepertinya antusias masyarakat maupun pengunjung yang datang ke Desa PAL 30 tidak ada, mungkin karena GMT yang terjadi di Bengkulu lebih pagi dari GMT pada 27 silam.

"Dua hari jelang GMT tidak ada kegiatan di Desa PAL 30 menyambut Gerhana Matahari Total, mungkin ketika gerhana 2016 terjadi di Bengkulu lebih pagi dari 1988 silam yaitu pukul 06.30 WIB pada Rabu (9/3/2016), sehingga masyarakat maupun pengunjung tidak terlalu antusias mengenang pristiwa itu di desa ini," ungkapnya berpendapat.

Bapak empat anak ini melanjutkan, di Lapangan Sepak Bola, Palga Indah (PAL) 30, ribuan orang berkumpul melihat GMT pada 1988 silam. Menteri, Gubernur dan Bupati serta masyarakat berbaur bersama para wisatawan, mengenakan kacamata anti ultraviolet yang dibagikan secara gratis.

"Gerhananya terjadi tidak terlalu pagi zaman dulu, sehingga masyarakat sempat mendatangi kegiatan yang digelar di lapangan sepak bola. Warga yang tidak dapat kacamata untuk melihat GMT beberapa menit, disiasati melihat dengan klise negative film atau pita kaset keduanya warna hitam, supaya mencegah mata melihat langsung matahari," kenangnya.

Bahtiar menyayangkan, pristiwa yang hanya terjadi di Indonesia tidak dijadikan peluang untuk mendongkrak wisatawan datang ke Desa PAL 30.

"Kita punya history di sini, sayang sekali mengapa tidak menjadi peluang untuk promosi wisata di Desa Pal 30. Selain prasasti Gerhana Matahari Total di desa ini juga punya perkebunan kelapa untuk UKM gula merah dan punya sejarah Hutan Nibung, cukup untuk memanjakan wisatawan," harapnya.

Pantauan dilapangan, kondisi prasasti GMT diduga tidak terawat dengan baik, meski terletak di pinggir jalan bagi para pengunjung yang datang cukup sulit ditemukan. Pasalnya, cat dari prasasti itu sudah luntur termakan usia, pelepah pohon sawit dan rumput mulai merambat hampir menutupi prasasti yang tercoret oleh ulah tangan jahil, mirisnya lagi tumpukan sampah yang ada menambah pandangan tidak sedap.

Di prasasti ini juga tertulis "Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Pada Hari Ini, Jumat 18 Maret 1988, Pukul 06.23-08.39 WIB telah terjadi Gerhana Matahari Total, Melintas Di Daerah Ini" secara simbolis ditandatangani oleh Menteri Transmigrasi, Martono dan Gubernur Bengkulu, Soeprapto, ketika itu Bupati Bengkulu Utara, Syahri Romli. [CW10]