Amerika Tarik Semua Pesawat Pembom Dari Guam

RMOLBengkulu. Untuk pertama kalinya sejak 16 tahun terakhir, Angkatan Udara Amerika Serikat tidak memiliki pesawat pembom berat di Guam. Pasalnya, lima buah pesawat pembom jenis B-52 Stratofortresses terbang milik Amerika Serikat meninggalkan Pangkalan Angkatan Udara Andersen di pulau Pasifik tersebut pada 17 April lalu.


RMOLBengkulu. Untuk pertama kalinya sejak 16 tahun terakhir, Angkatan Udara Amerika Serikat tidak memiliki pesawat pembom berat di Guam. Pasalnya, lima buah pesawat pembom jenis B-52 Stratofortresses terbang milik Amerika Serikat meninggalkan Pangkalan Angkatan Udara Andersen di pulau Pasifik tersebut pada 17 April lalu.

Hal ini mengakhiri Keberadaan Bomber Berkelanjutan (CBP) di Pasifik. Ini adalah sebuah misi yang pernah disebut-sebut oleh Pentagon sebagai kunci pencegahan untuk musuh potensial dan kepastian untuk sekutu di Asia dan Pasifik Barat. Di bawah CBP, pesawat pembom siluman B-52, B-1, dan B-2 dikerahkan ke Pangkalan Angkatan Udara Andersen dalam rotasi enam bulan.

Hal ini sekaligus menempatkan kekuatan-kekuatan udara strategis Amerika Serikat dalam beberapa jam waktu terbang dari titik-titik nyala Pasifik seperti Korea Utara dan Laut China Selatan. Namun kini, tampaknya ada perubahan strategi dari Amerika Serikat. Komando Strategis Amerika Serikat mengatakan pembom bisa lebih efektif ketika terbang dari pangkalan mereka di benua Amerika.

"Amerika Serikat telah beralih ke pendekatan yang memungkinkan pembom strategis untuk beroperasi maju di kawasan Indo-Pasifik dari berbagai lokasi di luar negeri, jika diperlukan, dan dengan ketahanan operasional yang lebih besar, sementara pembom ini secara permanen berbasis di Amerika Serikat,” kata juru bicara Komando Strategi Amerika Serikat Mayor Kate Atanasoff dalam sebuah pernyataan, seperti dimuat CNN (Sabtu, 25/4).

Dia menjelaskan, langkah ini sejalan dengan Strategi Pertahanan Nasional 2018 Pentagon, yang menyerukan pasukan Amerika Serikat untuk secara operasional tidak dapat diprediksi. Sementara itu, dari sudut pandang militer, analis Amerika Serikat mengatakan langkah itu masuk akal.

"Konsistensi dan prediktabilitas penyebaran (Guam) meningkatkan kerentanan operasional yang serius. Seorang perencana di militer China dapat dengan mudah merencanakan cara-cara menghancurkan pembom karena kehadiran mereka yang terkenal,” kata peneliti senior pertahanan internasional dengan RAND Corp think tank di Washington, Timothy Heath.

"Pendapat senada dikeluarkan oleh analis lainnya. Mundur dari Guam mengurangi jejak yang dapat ditargetkan menghadapi ancaman rudal balistik Cina dan Korea Utara,” kata mantan direktur operasi di Pusat Intelijen Gabungan Komando Pasifik Amerika Serikat, Carl Schuster. [tmc]