Wina Berjuang Melawan Kesakitan Agar Bisa Beri ASI Anak Pertamanya

RMOLBengkulu. Sore ini, Senin (11/2) dengan suasana hujan rintik - rintik, sekitar pukul 16.05 WIB. Ada seorang ibu bernama Wina asal Desa Tik Teleu, Kecamatan Pelabai, merasa hidupnya pupus karena belum bisa merawat anak pertamanya.


RMOLBengkulu. Sore ini, Senin (11/2) dengan suasana hujan rintik - rintik, sekitar pukul 16.05 WIB. Ada seorang ibu bernama Wina asal Desa Tik Teleu, Kecamatan Pelabai, merasa hidupnya pupus karena belum bisa merawat anak pertamanya.

Menderita sakit pada bagian perut yang terus mengeluarkan cairan putih merupakan perjuangan bagi dirinya. Selain harus bertahan dengan keadaan itu, dia harus berjuang untuk bertemu sang buah hati Akilah yang masih berusia 21 hari.

Perpisahan Wina dengan anaknya berawal ketika ia baru selesai menjalani operasi sesar di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Lebong pada tanggal 17 Januari 2019 lalu.

Sudah 21 hari berjuang melawan penyakit yang dideritanya. Kini wanita berusia 18 tahun itu berharap bisa memberi ASI kepada anak pertamanya tersebut.

Istri dari Rizki Febriansyah (20) yang sehari - hari bekerja sebagai ojek gandeng ini menumpang di rumah mertuanya bernama Asmi Herawati (40) di Desa Sungai Gerong, Kecamatan Amen.

Tubuhnya terbaring lemas saat menceritakan kejadian ini. Sakit yang dialaminya membuat Wina tak bisa banyak bergerak, ia lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan mengkonsumsi obat yang diberikan pihak medis untuk menahan rasa sakit.

"Paling penting anak saya sehat," ujar perempuan yang berstatus sebagai ibu rumah tingga ini.

Ia menceritakan kisah pedihnya di saat-saat terakhir melihat buah hatinya yang menerima ASI buatan dari orang lain. Sayang, ia harus menerima kondisi ini karena berjuang menahan kesakitan.

"Saya jelas trauma operasi sesar lagi. Jujur, tetangga kami juga ada operasi tapi tidak seperti ini juga," tandasnya.

Meski penyakitnya membuatnya sangat lemah, ia tetap akan berjuang sembuh dari penyakitnya. "Saya mau peluk anak saya  kembali dan bisa beri ASI seperti ibu lainnya," singkatnya.

Melahirkan secara normal tentu jadi impian bagi setiap perempuan.Tapi impian ini tak bisa dirasakan oleh semua kaum hawa. Ada berbagai alasan kenapa seorang ibu terpaksa melahirkan secara secitio caesaria alias opreasi sesar.

Miris dengan pandangan itu, Asmi ini curhat. Ia menceritakan sisi lain anaknya operasi sesar yang tidak banyak diketahui orang. Tanggal 15 Januari lalu anaknya sedang mengandung. Sekalipun, positif harus melakukan operasi sesar karena kondisi anaknya lemah.

"Saya sangat sedih dengan keadaan yang menimpa anak dan cucu saya. Hanya doa dan pengobatan semampu saya yang bisa saya berikan pada Wina", ungkap Ibu mertuanya.

Namun karena tidak ada keluhan, ia disarankan tim medis untuk menunggu. Sebab, untuk mengklaim sebagai pasien BPJS harus ada keluhan dari pasien terlebih dahulu.

"Kalau saat itu kita operasi kita akan dikenakan biaya Rp 30 juta karena bukan pasien BPJS. Jadi, karena kita tidak punya uang terpaksa kita tunggu dulu sampai anak kita mengeluh sakit," jelasnya

Sejak menjalani perawatan medis dua hari di rumah sakit, kata Asmi, mereka selalu disarankan untuk bersabar. Puncaknya, tanggal 17 Januari anaknya mengeluh kesakitan dan akhirnya langsung dilakukan dioperasi.

"Memang awal tidak mau operasi sesar kalau bisa normal lah ya. Tapi posisi anak saya semakin hari semakin lemah, dari pada terjadi apa - apa pada anak saya, lebih baik dilakukan tindakan," cerita Asmi sembari mengingat sebelum operasi.

Dia mengaku, cucunya berhasil selamat dengan normal, akan tetapi tidak untuk ibunya yang hingga saat ini berbaring karena mengeluhkan kesakitan.

"Karena bekas luka operasi di bagian perut posisinya mengeluarkan nanah, akhirnya kita bawa lagi ke rumah sakit tanggal 26 Januari lalu untuk berobat," kata Asmi.

Hingga sampai saat ini, sambung Asmi, anaknya terus mengalami kesakitan. Tak kuat melihat itu, baginya harus segera di rujuk ke rumah sakit di luar daerah. Dengan harapan anaknya bisa sembuh.

"Ini untuk ketiga kalinya kita datang ke RSUD Lebong. Tapi tidak ada perubahan. Kita sepakat dengan keluarga untuk rujuk anak kita ke rumah sakit luar daerah," tukasnya.

Dia menegaskan, pelayanan rumah sakit tidak optimal. Sebab, selama penanganan dinilainya sangat lambat.

"Kita heran kenapa pasien sesar lain disuruh puasa, sedangkan anak saya tidak. Apalagi kita sesali selama perawatan dirumah sakit, harus marah dulu baru direspon," demikian Asmi.

Terpisah, Plt Dirut RSUD Lebong, dr Ari Afriawan, saat dikonfirmasi melalui pesan singkat belum merespon. Namun, sebelumnya ia mengaku, pihaknya masih melakukan investigasi internal.

Sebab, tercatat ada 17 pasien dilaporkan mengalami hal serupa. Dia belum gegabah ingin menyimpulkan terkait kondisi ini karena timnya masih melakukan pendalaman.

Sembari menunggu hasil investigasi, pelayanan operasi sesar di rumah sakit diberhentikan sementara. "Sabtu (kemarin, red) mudah - mudahan sudah ada kesimpulan," singkatnya belum lama ini.

Sebelumnya, 17 dari total 21 pasien yang melakukan operasi sesar di rumah sakit, 4 diantaranya positif terinfeksi luka. Sedangkan, 13 pasien lainnya dikabarkan suspek terinfeksi. Adapun daftar pasien yang berhasil dihimpun RMOLBengkulu, yakni :

1. DN (29) Warga Kecamatan Lebong Utara

2. MA (29) Warga Kecamatan Pelabai

3. DP (24) Warga Kecamatan Lebong Sakti

4. RN (25) Warga Kecamatan Lebong Selatan

5. CM Warga Kecamatan Amen

6. TT (43) Warga Kecamatan Lebong Selatan

7. RD (21) Warga Kecamatan Pinang Belapis

8. LM (27) Warga Kecamatan Pelabai

9. EP (20) Warga  Kecamatan Lebong Utara

10. WP (19) Warga Kecamatan Pelabai

11. SI (19), Warga Kecamatan Rimbo Pengadang

12. Hz (33) Warga Kecamatan Lebong Tengah

13. WY (28), Warga Kecamatan Lebong Sakti

14. RH (31) Warga Kecamatan Lebong Utara?

15. US (28) Warga Kecamatan Lebong Utara

16. LI (28) Warga Kecamatan Lebong Utara

17. EN (33) Warga Kecamatan Topos. [ogi]