Rumah Persiapan Deklarasi PRRI Masih Kokoh

RMOL. Bangunan berbentuk rumah yang terletak di pinggir Sungai Batanghari itu masih berdiri kokoh. Kondisinya terawat dan tampak telah dipugar kembali tanpa menghilangkan corak asli yang bergaya arsitektur Belanda. Bagian luar telah dicat dengan warna hijau kecoklatan seperti kantor tentara.


RMOL. Bangunan berbentuk rumah yang terletak di pinggir Sungai Batanghari itu masih berdiri kokoh. Kondisinya terawat dan tampak telah dipugar kembali tanpa menghilangkan corak asli yang bergaya arsitektur Belanda. Bagian luar telah dicat dengan warna hijau kecoklatan seperti kantor tentara.

Bangunan yang terletak di Jorong Sungai Kilang, Kenagarian Sungai Dareh, Kecamatan Pulau Punjung, Dharmasraya itu telah beralih fungsi menjadi Kantor Forum Kabupaten Dharmasraya Sehat (FKDS), lembaga lokal yang bergerak di bidang kesehatan dan sanitasi lingkungan.

Bangunan tersebut kini dikelilingi gedung perkantoran dan pemukiman penduduk yang cukup padat. Di seberang gedung berdiri Kantor Camat Pulau Punjung, dan di sisi kanannya ada Kantor Dinas Catatan Sipil dan Kependudukan Pemkab Dharmasraya.

Bangunan tersebut ternyata menyimpan banyak kenangan dan cerita tentang sejarah perjalanan bangsa. Di tempat itu rapat persiapan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) digelar dan dideklarasikan pada 15 Februari 1958.

Dikutip Kantor Berita RMOLSumbar, tulisan sejarawan R.Z Leirissa dalam laporan khususnya tentang Muhammad Natsir, pada 15 Februari 1958 sejumlah tokoh sipil dan militer mendeklarasikan PRRI di Padang yang dipimpin Kolonel Ahmad Hussein. Kemelut tersebut merupakan puncak gunung es pasca revolusi. Yang tidak kurang penting adalah terlantarnya pembangunan ekonomi yang membawa kemelaratan banyak orang.

Dalam buku lain yang mengangkat kisah Perdana Menteri Sutan Sjahrir ditulis perjalanan Soemitro Djojohadikusumo dari Jakarta menuju Padang. Soemitro menaiki kereta api dari Tanah Abang ke stasiun Merak, Banten. Dari Merak, dia menumpang perahu motor ke Pulau Sumatera naik kereta api ke Palembang dan terus ke Padang.

Pada 1958 tersiar kabar telah terjadi pertemuan penting di Sungai Dareh. Para petinggi militer memberontak terhadap Jakarta. Kolonel Ahmad Husein, Kolonel Maluddin Simbolon, Kolonel Dahlan Jambek dan Kolonel Ventje Samuel berkumpul di sana. Begitu juga dengan Soemitro.

Jarmiah, warga Sungai Kilang yang kini berusia 85 tahun menyebut bahwa memang di Kantor FKDS itu pertemuan persiapan PRRI digelar. Dia melihat sendiri pertemuan tersebut karena cukup menarik perhatian penduduk setempat lantaran saat itu daerah tersebut masih terpencil dan jauh dari perkotaan.

"Ia betul di sana rapat itu diadakan, ramai sekali yang hadir," katanya.

"Amak (ibu) tahu betul rapat di tempat tersebut karena waktu itu telah menikah dan punya anak," tutur Ros, putri Jarmiah menimpali.

Jarmiah mencoba mengingat kembali kenangan puluhan tahun silam. Dia masih hafal tokoh-tokoh yang hadir dalam rapat. Bahkan, almarhum suaminya juga hadir dalam pertemuan karena saat itu belum tahu-menahu apa sebenarnya yang terjadi.

"Karena ramai, ada pejabat-pejabat tinggi negara yang hadir ya kita ikut-ikutan melihat, ingin tahu ada kejadian apa. Kan jarang sekali kampung kita dikunjungi pejabat pusat," jelas Jarmiah.

Nama-nama tokoh yang disebut Jarmiah persis yang tertulis di buku-buku dan cerita sejarah tentang PRRI yang memang sangat menyita energi Bung Karno selaku pemimpin besar revolusi kala itu.

Kini gedung yang menjadi saksi bisu PRRI itu, masih berdiri tegak. Di dalamnya tersimpan sebuah cerita sejarah perjalanan bangsa Indonesia yang penuh dengan drama, romantika dan masalah yang tidak berkesudahan. [nat]