Kinerja keuangan restoran cepat saji terbesar, McDonald's, terpantau mengalami penurunan, setelah gelombang boikot dihadapi perusahaan itu, menyusul dugaan dukungan untuk Israel.
- Kecelakaan Kapal Terjadi Lagi Di Danau Toba, 1 Penumpang Hilang
- Gempa Bumi Sudah Ratusan Kali Goyang Bengkulu Sepanjang 2023, Terbesar di BS
- OJK Keluarkan Surat, Bank Bengkulu Terancam Menjadi BPR
Baca Juga
Menurut laporan Forbes yang dikutip Selasa (6/2), pendapatan McDonald's pada kuartal keempat sebesar 6,41 miliar dolar (Rp101 triliun), lebih rendah dibandingkan perkiraan analis FactSet sebesar 6,45 miliar dolar.
Konflik Israel-Hamas yang berkepanjangan berdampak signifikan pada penjualan McDonald's yang memicu ketidaksesuaian dengan ekspektasi keuangan.
Dalam rilisnya, perusahaan itu mencatat penurunan pertumbuhan sebesar 0,7 persen di Timur Tengah, akibat dampak konflik itu, jauh lebih rendah dari prediksi analis sebesar 4,7 persen.
Tak hanya McDonald's yang terdampak, Starbucks, Coca-Cola, dan Nestle juga menghadapi serangan serupa di Timur Tengah, sejak awal perang.
CEO Starbucks, Laxman Narasimhan, mengakui, kemarahan konsumen atas perang menyebabkan penurunan penjualan pada kuartal terakhir.
Starbucks melaporkan penjualan bersih sebesar 9,43 miliar dolar (Rp148 triliun) pada kuartal terakhir, dengan pertumbuhan global sebesar 5 persen, di bawah perkiraan pertumbuhan mendekati 7 persen.
Starbucks juga mengatakan, toko-tokonya juga dilanda protes dan vandalisme di Timur Tengah dan Amerika Utara.
- Sinergitas, Kakanwil Kemenkumham Sambangi Korem 041/Garuda Emas
- Sambut Bulan Ramadhan 1445 H, Kemenkuham Bengkulu Perkuat Ukhuwah Islamiah Keseluruh Pegawai
- Sekretaris Dirjen Pemasyarakatan Dukung Penuh Kanwil Kemenkumham Bengkulu Raih WBK & WBBM