Paksakan Impor Beras, Jokowi Harus Evaluasi Menteri Perdagangan

RMOLBengkulu.Indonesia Food Watch mendesak Presiden Jokowi untuk mengevaluasi Menteri Perdagangan, Enggartyasto Lukita yang dengan ceroboh mengeluarkan kebijakan impor beras dengan dalih untuk keperluan stabilisasi harga.


RMOLBengkulu. Indonesia Food Watch mendesak Presiden Jokowi untuk mengevaluasi Menteri Perdagangan, Enggartyasto Lukita yang dengan ceroboh mengeluarkan kebijakan impor beras dengan dalih untuk keperluan stabilisasi harga.

Koordinator Nasional Indonesia Food Watch, Pri Menix Dey, evaluasi penting dilakukan lantaran harga beras hingga saat ini selama Ramadhan terpantau stabil. Bahkan, sampai dengan Lebaran nanti dipastikan harga beras justru turun bukan mengalami kenaikan.

"Harga rata-rata beras kualitas premium di tingkat penggilingan turun sebesar 0,01 persen menjadi sebesar Rp 9.524 per kilogram, dari bulan sebelumnya. Harga beras kualitas medium juga turun 0,33 persen menjadi Rp 9.190 per kilogram dari bulan sebelumnya. Sementara rata-rata harga beras kualitas rendah masih bertahan di kisaran Rp 9.002 per kilogram atau naik sebesar 0,11 persen di tingkat penggilingan,” jelasnya di Jakarta, Sabtu (9/6).

Di sisi lain, sambung Menix, melansir data Bulog per 7 Juni 2018, stok beras Bulog mencapai 1,52 juta ton dengan rincian  1,37 ton cadangan beras pemerintah (CBP) dan 144 ribu ton beras komersial. Adapun total penyerapan dalam negeri  telah mencapai 914 ribu ton.

"Realisasi impor beras per 28 Mei 2018 jumlahnya telah sebesar  561 ribu ton. Seharusnya ini tidak perlu terjadi. Di sini lah ada anomali yang membuktikan kebijakan impor beras oleh Mendag itu keliru alias gagal paham,” terangnya.

Dengan begitu, Menix menilai apa yang disampaikan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman bahwa harga pangan selama Ramadhan stabil karena sudah 2 hingga 3 bulan disiapkan stok mencapai 20 persen adalah benar.

Peran Satgas Pangan Mabes Polri pun berjalan sesuai harapan, yakni benar-benar mewaspadai atau memonitor beras setiap hari.

"Kami Indonesia Food Watch pun akan turut andil secara sukarela memantau permainan mafia beras. Kami dukung sikap tegas Menteri Amran dan Dirut Bulog, Budi Waseso dan Kapolri yang berkomitmen melindungi petani dan konsumen dari serangan beras impor,” ucapnya.

Terpisah, Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Nasional, Winarno Tohir menegaskan produksi pangan saat ini seperti padi melimpah. Namun, masuknya beras impor menyebabkan harga gabah petani saat ini turun, bulan Mei Rp 5.000 per kg sekarang Juni turun Rp 4.600 per kg.

"Jadi kebijakan Kementerian Perdagangan menganulir kinerja Kementerian Pertanian. Produksi naik jadi tidak ada artinya karena impor masuk,” tegasnya. dikutip Kantor Berita Politik RMOL. [ogi]