Manfaatkan Kompos Limbah Hadapi Covid-19, Masyarakat Adat Rejang Amankan Pangan

RMOLBengkulu. Pandemi Covid-19 sesungguhnya tidak menjadikan masyarakat Indonesia berpasrah. Sejumlah inisiatif masyarakat justru bermunculan dalam upaya menghadapi virus asal Wuhan, China ini. Di Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu, mayoritas berpenduduk suku rejangjuga menemukan metode dan strategi dalam upaya penanganan corona.


RMOLBengkulu. Pandemi Covid-19 sesungguhnya tidak menjadikan masyarakat Indonesia berpasrah. Sejumlah inisiatif masyarakat justru bermunculan dalam upaya menghadapi virus asal Wuhan, China ini. Di Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu, mayoritas berpenduduk suku rejang juga menemukan metode dan strategi dalam upaya penanganan corona.

Secara sadar masyarakat adat rejang beranggapan bahwa menghadapi covid-19 tidak saja menyiapkan penanganan medis namun juga persiapan ketahanan dan kedaulatan pangan harus segera dilakukan bila pandemi berlangsung lama.

"Sejak covid-19 berlangsung kami dengan sejumlah warga melakukan langkah-langkah pemanfaatan lahan untuk ditanami kebutuhan pangan seperti padi, ubi, kacang, jagung, dan lainnya. Secara gotongroyong," kata  Kepala Desa Teluk Dien, Kabupaten Lebong, Jon Kanedi, Kamis (2/7).

Ia menambahkan bibit tanaman pangan lokal itu didapat dari lahan yang ada di desa dalam artian warga tidak harus membeli.

"Dengan gotong royong warga mengumpulkan bibit ubi, sayuran lalu ditanam di pekarangan rumah dan lahan-lahan desa yang masih bisa digarap," tambahnya.

Jon Kanedi juga menambahkan, pihaknya juga mendapatkan sejumlah bantuan penanaman berupa bibit dari Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN}.

Ketua Pengurus Daerah AMAN Lebong, Arafik Tresno menyebutkan di Kabupaten Lebong AMAN Lebong  memiliki komunitas, yakni Kutai Teluk Dien, Kutai Tik Tebing, Kutai Pelabai, Kutai Kota Baru Santan dan Kutai Tik Teleu, serta Kutai Tambang Sawah.

"Enam komunitas ini bersepakat untuk memaksimalkan lahan yang ada untuk ditanami dengan tanaman pangan. Sejumlah bibit pangan lokal sudah mereka siapkan, AMAN bantu dari segi bibit," jelas Arafik.

AMAN Lebong juga menyiapkan 1 hektare lahan untuk ditanami jagung lahan ini Ia katakan akan digarap oleh sejumlah pemuda adat. Hasil panen tersebut diharapkan mampu memenuhi kebutuhan pangan lokal komunitas AMAN di Lebong.

Sementara itu perempuan adat Tik LTeleu, Mursiti menyebutkan selama pandemi covid-19 ia dan para perempuan adat setempat telah melakukan penanaman ketahanan pangan di sejumlah pekarangan kosong.

"Ada seperempat hektare lahan yang telah kami manfaatkan ditanami cabai, sayur, kol dan jagung. Hasilnya dibagi pada masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari," ujarnya.

Ia mengaku ke depan akan menambah luasan lahan guna ketahanan pangan selama pandemi covid-19 untuk ditanami ketela pohon dan jagung.

Pemanfaatan Kompos

Sementara itu program pangan lokal di Kabupaten Lebong semakin diperkuat dengan pengelolaan kompos engan memanfaatkan limbas jerami dan sekam yang banyak ditemukan di daerah itu.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Kabupaten Lebong, Zamhari dalam pertemuan di komunitas adat di Kutei Telu Dien mengungkapkan Kabupaten Lebong memiliki potensi yang harus digarap secara optimal guna mendukung ketahanan pangan masyarakat adat dan petani.

"Saat ini DLH sedang mengoptimalkan kompos dari limbah sekam dan jerami. Potensi sekam dan jerami di Lebong mencapai ratusan ribu ton. Selama ini sekam dan jerami dibuang begitu saja oleh petani," jelasnya.

Padahal, menurut Zamhari sekam dan jerami yang belum dimanfaatkan itu bila digarap akan menghasilkan banyak manfaat buat petani dalam upaya mempersiapkan ketahanan pangan dalam menghadapi pandemi covid-19.

"DLH akan memaksimalkan pemanfaatan limbah diolah menjadi sampah. Sehingga Lebong semakin baik dalam sisi ketahan pangan dan tanaman sayuran," ujarnya.

Usai pertemuan tersebut sejumlah masyarakat adat Teluk Dien bersama Zamhari melakukan uji coba dan simulasi pengolaan kompos secara efektif dengan alat teknologi tepat guna.

Kepala Desa Teluk Dien, Jon Kenedi, usai menyaksikan pengelolaan limbah jerami menjadi kompos menyebutkan langkah tersebut sangat membantu petani di desanya. Bahkan, ia katakan tidak menutup kemungkinan desa akan menganggarkan dana desa untuk memenuhi peralatan pembuatan kompos.

"Teknologi tersebut dibutuhkan oleh desa dalam upaya meningkatkan produktifitas pertanian. Bisa jadi akan diusulkan dalam anggaran dana desa," demikian Jon Kenedi. [rls]