Kenaikan Anggaran Penanganan Penyakit TBC Diapresiasi DPR RI

RMOLBengkulu. Langkah pemerintah mengalokasikan anggaran sebesar Rp 2,8 triliun untuk pengendalian penyakit Tuberkulosis (TBC) pada R-APBN 2021 diapresiasi anggota Komisi IX DPR RI, Putih Sari.


RMOLBengkulu. Langkah pemerintah mengalokasikan anggaran sebesar Rp 2,8 triliun untuk pengendalian penyakit Tuberkulosis (TBC) pada R-APBN 2021 diapresiasi anggota Komisi IX DPR RI, Putih Sari.

Untuk penanganan TBC, saya sangat apresiasi anggarannya tahun 2021 diajukan jauh meningkat. Ini menunjukkan konsistensi pemerintah menjadikan pengendalian TBC sebagai salah satu prioritas di bidang kesehatan,” ujar Putih Sari, dilansir dari Kantor Berita Politik RMOL, Sabtu (5/9).

Putih Sari menjelaskan, Indonesia merupakan negara ketiga dengan jumlah penderita TBC terbesar, di bawah India dan China. Beban tersebut bertambah semenjak adanya pandemi Covid-19.

Penurunan notifikasi yang sangat signifikan di Indonesia menunjukkan bahwa ada ribuan kasus yang tidak ditemukan, tidak diobati dan berpotensi menyebar ke masyarakat di tengah pandemi Covid-19,” imbuh Putih Sari.

Walaupun anggaran belum ideal dan tidak sesuai dengan usulan anggaran penanganan TBC yang seharusnya Rp. 9,5 triliun, tetapi menurut Putih Sari, alokasi sebesar Rp 2,8 triliun ini tetap harus dimaksimalkan.

Saya mendorong Kementerian Kesehatan bisa memaksimalkan penanganan penyakit Tuberkulosis dengan adanya kenaikan anggaran penanganan TBC dalam rancangan APBN 2021, dan menyisir distribusinya dalam program dan kegiatan agar tidak overlaping dengan pembiayaan yang berasal dari bantuan organisasi donor global,” tandasnya.

Sementara itu, Dirjen Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit (P2P) Kemenkes, Achmad Yurianto menyampaikan banyak fasilitas pelayanan kesehatan yang saat ini dijadikan rujukan pasien Covid-19 merupakan rumah sakit yang memiliki laboratorium pemeriksaan TBC dan pelayanan pasien TBC, sehingga notifikasi kasus berkurang.

Kalau di Indonesia angkanya 840 ribu orang, itu prediksi kita dari kasus yang ada. Tapi yang bisa di-notifikasi baru 550 ribu. Artinya masih banyak kasus yang belum ditemukan. Kalau belum diobati bisa menjadi sumber penularan di masyarakat. Ini yang kita kejar,” ungkap Achmad Yurianto yang biasa disapa Yuri. [tmc]