Kasus Amplop Bowo Sidik Bukti Rusak Revolusi Mental

RMOLBengkulu. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) diminta tuntaskankasus suap distribusi pupuk yang uangnya akan dijadikan untuk serangan fajar pada Pemilu 2019.


RMOLBengkulu. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) diminta tuntaskan kasus suap distribusi pupuk yang uangnya akan dijadikan untuk serangan fajar pada Pemilu 2019.

Teranyar, apabila dalam pengembangan nyatanya memang ada elite-elite politik terlibat maka patut dipertanyakan program revolusi mental yang dulu digaungkan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

"Biar hukum yang membuktikan. Kalau ini benar, rusak sudah revolusi mental karena yang dekat sama Pak Jokowi bermental merusak," jelas pengamat politik Pangi Syarwi Chaniago seperti diberitakan Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (10/3).


Lanjutnya, bila menyeret sejumlah elite politik maka benar jika kasus suap itu dalam rangka menyiapkan amplop untuk serangan fajar kepada calon pemilih. Hal itu dapat merusak kualitas demokrasi Indonesia.

"Menyiapkan amplop untuk memenangkan elektoral. Vote buying itu jelas merusak tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara. Membuat pemilu kita berbiaya mahal, mestinya pemilu berbiaya murah. Kalau sudah beli suara ujungnya sudah pasti korupsi, merusak kualitas demokrasi kita," papar Pangi yang juga direktur Voxpoll Center Research and Consulting.

Bahkan, Ketua Badan Pemenangan Pemilu Partai Golkar Nusron Wahid disebut rekan separtainya Bowo Sidik Pangarso yang telah menjadi tersangka dalam kasus tersebut.

Bowo Sidik mengaku mendapat perintah dari Nusron menyiapkan uang untuk serangan fajar sebanyak 400 ribu amplop dengan jumlah total Rp 8 miliar. [tmc]