RMOLBengkulu. Defisit neraca transaksi berjalan yang dialami Indonesia di kuartal II tahun 2018 mencapai 13,7 miliar dolar AS. Hal itu dipicu laju impor yang lebih cepat ketimbang ekspor.
- Dilantik Jadi Kadis Dikbud, Sederet Program Pendidikan Siap Digarap Eri Yulian
- Kelapa Sawit Bengkulu Utara Murah, Diduga Permainan Oknum Pengepul
- Harga Sawit Dan Karet Anjlok, Petani Merugi
Baca Juga
RMOLBengkulu. Defisit neraca transaksi berjalan yang dialami Indonesia di kuartal II tahun 2018 mencapai 13,7 miliar dolar AS. Hal itu dipicu laju impor yang lebih cepat ketimbang ekspor.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (SMI) menguraikan salah satu penyebabnya ialah karena kondisi tahun 2018 ini yang tak menentu.
"Yang membedakan tahun 2018 ini dengan tahun 2016-2017 adalah transaksi modal apalagi emerging market saat ini berisiko," kata SMI di kantor Kemenkeu, Jakarta, Rabu (5/9).
Dia menyatakan ekspor Indonesia di tahun ini pun mengalami kenaikan dibanding tahun sebelumnya. Namun impor juga naik jauh mencapai 24,5 persen.
Dikatakan, hal itu mengakibatkan emerging market di Indonesia menurut investor sangat berisiko. Selain itu, emerging market tersebut juga dipicu oleh kejadian di Argentina, Turki dan Afrika Selatan.
"Karena mereka (investor) menghadapi risiko ini maka terjadi rebalancing dari fund manager," terangnya dikutip Kantor Berita Politik RMOL.
Rebalancing adalah strategi menyesuaikan kembali alokasi portofolio sesuai tujuan investasi investor. Alokasi investasi itu juga harus disesuaikan dengan profil risiko.
Menurut SMI, kondisi ekonomi Indonesia saat ini masih tergolong baik karena tidak ada inflasi yang signifikan.
- Syarat Kuliah Tatap Muka, Mahasiswa Unib Wajib Vaksin
- Pelajar SMAN 2 Kota Bengkulu Simulasi Sidang Perserikatan Bangsa-Bangsa
- Lion Air Menangkan Lelang Transport CJH Bengkulu