Harga Sawit Dan Karet Anjlok, Petani Merugi

RMOLBengkulu. Sebulan terakhir ini petani baik sawit dan karet meradang. Pasalnya harga tandan buah segar (TBS) dan karet di petani terjun bebas alias anjlok. Bahkan untuk sawit di tingkat petani tinggal Rp 600 per kilogramnya dan di Pabrik hanya Rp 900 -1.100 per kilogramnya. Begitu juga dengan karet ikut turun hanya Rp 6.500 per kilogramnya.


RMOLBengkulu. Sebulan terakhir ini petani baik sawit dan karet meradang. Pasalnya harga tandan buah segar (TBS) dan karet di petani terjun bebas alias anjlok. Bahkan untuk sawit di tingkat petani tinggal Rp 600 per kilogramnya dan di Pabrik hanya Rp 900 -1.100 per kilogramnya. Begitu juga dengan karet ikut turun hanya Rp 6.500 per kilogramnya.

Bahkan sejak seminggu terakhir ini samlai H+6 lebaran idul fitri 1439 hijriah seluruh pembelian sawit terhenti. Lantaran tidak ada pabrik yang ingin menampung dan beroperasi.

"Sawit kini yang terjun bebas nian. Dari Rp 1450 per kilogramnya di pabrik kini tinggal Rp 900-1.100 per kilogramnya. Bahkan sejak H-7 sampai H+7 lebaran tidak ada yang membeli sawit. Pabrik tutup sementara," ujar Disman petani sawit di Kabupaten Kaur kemarin(13/6).

Dikatakan Disman, saat ini karena sawit murah petani merugi. Karena selain rugi biaya operasional jauh lebih besar dari pendapatan. Seperti biaya pupuk, panen, serta angkut.  Padahal menjelang lebaran masyarakat sangat berharap harga naik. Akan tetapi sebaliknya menurunkan drastis.

"Kini dalam per kilo dari harga Rp 600  hanya Rp 200 untuk petani. Sisanya untuk biaya angkut dan panen. Serta juga pupuk," paparnya.

Akibatnya kata Disman, banyak petani penunda panen. Sembari menunggu harga kembali stabil. Karena walaupun dipanen untuk seminggu ke depan tidak ada pembelinya. Sehingga petani lebih baik tidak panen dari pada tidak dapat hasil atau capeknya saja.

"Kalau karet walaupun harga murah masih ada pembeli. Tapi harganya sudah cukup lama tidak naik-naik. Ini membuat petani sudah banyak beralih fungsi. Dari kebun karet menjadi kebun sawit," terangnya.

Sementara Kadis Tanaman Pangan Holtikultura dan Perkebunan, Ricky Gunarwan, mengakui bahwa persoalan harga sawit dan karet memang sudah menjadi persoalan nasional. Sebab harganya memang menyesuaikan harga minyak dunia.

"Sekarang memang harga turun. Belum diketahui sampai kapan. Sebab harga tergantung harga minyak dunia," pungkasnya. [ogi]