Salah satu peninggalan jejak kejayaan almarhum Presiden ke-2 Republik Indonesia, Jenderal Besar Soeharto di Desa Bungin, Kecamatan Bingin Kuning, Kabupaten Lebong, Propinsi Bengkulu, yakni Set DAM I Sabo Jebol. Penyebabnya akibat tak dapat menahan material lumpur, pasir,dan batuyang berasal dari Hulu Das Air Kotok.
- Kabar Gembira, Tiga Titik Jalan Di X Kecamatan Kaur Utara Akan Dibangun
- Penerapan PPKM Level 4, Menko Airlangga Optimis Ekonomi Mampu Tumbuh Positif
- 27 Darah Polisi Disedot
Baca Juga
Salah satu peninggalan jejak kejayaan almarhum Presiden ke-2 Republik Indonesia, Jenderal Besar Soeharto di Desa Bungin, Kecamatan Bingin Kuning, Kabupaten Lebong, Propinsi Bengkulu, yakni Set DAM I Sabo Jebol. Penyebabnya akibat tak dapat menahan material lumpur, pasir, dan batu yang berasal dari Hulu Das Air Kotok.
Cerita mengenai DAM tersebut dibangun oleh zaman pemerintahan pak suharto menurut warga setempat sebagai pendukung Lebong jadi lumbung padi. Peruntukkan lainnya sebagai pasokan air bersih dan suplai air bagi petani setempat.
"Karena kawasan sekitar sini dulunya sebagai daerah lumbung padi," kata Misrul Fatah (59) petani asal Desa Pelabuhan Talang Liak, Kecamatan Bingin Kuning, Kabupaten Lebong, Propinsi Bengkulu.
Selain itu, sejak dinding DAM tersebut jebol, lanjut Fatah, jembatan penyeberangan yang digunakan petani sebagai akses jalan putus akibat terjangan banjir berisi material batu.
"Dulunya warga juga suka bikin acara disini yang kami sebut buang Apem dan itupun tidak ada air seperti ini," pungkas Fatah.
Menurut dia, ketika Pak Harto berkuasa pada sekitar tahun 1990-an, bangunan ini masih terlihat utuh dan kontur sungai pun tidak terganggu. Meski ia tak tahu persis kapan gedung ini dibangun. Namun, ia mengaku gedung itu sudah ada ketika ia masih duduk di bangku SMP sekitar tahun 1970.
Artinya, ketika hujan turun dalam kurun waktu 30 menit, terang saja air sungai yang sudah tercampur belerang dan pasir menuju ke sawah saya dan petani lainnya. Sebab, DAS Air Kotok sudah dangkal menjadi 4 hingga 5 meter pasca longsor di PGE tahun 2016 lalu," keluh Fatah.
Ditambahkan Fatah, saat ini mayoritas tanaman padi mereka baru berumur satu minggu hingga bulan. "Fakta dilapangan ada puluhan hektare area (Ha) sawah masyarakat sudah dipastikan gagal panen karena sudah tercemar belerang maupun tertimbun pasir. Pun, ratusan sawah milik petani lainnya dikhawatirkan juga terancam gagal panen," demikian Fatah. [ogi]
- Sambut Ramadhan, Lazismu Bengkulu Gelar Back To Masjid
- Pelayanan Kesehatan Buka 24 Jam H-7 Hingga H+7 Idul Fitri
- BPD Tak Pernah Dilibatkan, Penegak Hukum Diminta Selidiki DD Gunung Agung