Rizal Ramli Berani Bela Petani

RMOL.Nasrullah nampak sumringah. Dia akhirnya bisa bertatap muka dengan Rizal Ramli. Maklum, selama ini, Nasrullah melihat sosok ekonom senior yang juga tokoh perubahan Indonesia itu hanya melalui layar kaca.


RMOL. Nasrullah nampak sumringah. Dia akhirnya bisa bertatap muka dengan Rizal Ramli. Maklum, selama ini, Nasrullah melihat sosok ekonom senior yang juga tokoh perubahan Indonesia itu hanya melalui layar kaca.

"Saya bangga dengan Pak Rizal. Saya sering lihat di TV beliau orangnya berani memperjuangkan nasib petani," kata pria 30 tahun asal Desa Penggalang, Kecamatan Ciruas, Kabupaten Serang, Provinsi Banten, itu.

RR, demikian mantan Menteri Perekonomian ini disapa, berada di Penggalang pada Selasa (13/2) pagi untuk menghadiri panen raya. Undangan dikirim Sahabat Tani, kelompok tani di Penggalang.

Tanpa basa-basi Narullah menyampaikan keluh kesahnya kepada RR. Di sesi dialog dia menyampaikan panen di daerahnya hanya dua kali dalam setahun. Padi yang ditanam varietas Ciherang jumbo. Di saat musim penghujan, 7 ton gabah bisa dihasilkan dari 1 hektare sawah.

"Kami maunya panen tiga kali, Pak. Kendalanya di sini irigasi. Tolong pejabat-pejabat bangunin irigasi. Apalagi kalau musim kemarau suka kering, hasil panen jadi kurang bagus. Paling-paling cuma 5 ton," katanya.

Sosok RR juga tidak asing di mata Rapiuddin. Petani yang tinggal di RW 02 Desa Penggalangan itu mengaku kerap menonton RR di acara diskusi di televisi. Penolakan terhadap kebijakan impor beras diingat Rapiuddin sebagai satu dari sekian banyak bentuk pembelaan Rizal terhadap kepentingan petani. "Pak Rizal orangnya hebat, tegas menolak impor".

Berada di tengah-tengah petani membuat RR senang. Dia mengatakan akan memfasilitasi sehingga ada solusi atas keluhan petani Penggalan.

"Saya senang sekali bisa ke sini. Nostalgia karena 17 tahun lalu saya itu kepala Bulog, saya diangkat Gus Dur," kata RR di awal sambutannya.

Dia menceritakan ketika ditunjuk menjadi kepala Bulog, dirinya tidak menerima banyak perintah dari Presiden Gus Dur. "Gus Dur perintahnya hanya satu, pokoknya kamu bikin petani senang. Udah itu saja. Terserah kamu mau ngapain," ucap RR disambut tepuk tangan petani.

Perintah Gus Dur pun dilaksanakan RR. "Bapak ibu ingat 17 tahun lalu saya tidak mau impor. Selama Gus Dur berkuasa tidak ada impor beras," katanya disambut tepuk tangan hadirin. Meski tidak impor, kata mantan Menko Perekonomian ini, harga beras tetap stabil. Jika terjadi kenaikan harga di suatu daerah, Bulog langsung membanjiri pasar di daerah tersebut dengan beras milik Bulog sehingga harganya langsung turun.

RR mengungkapkan dirinya tidak anti dengan impor beras. Dia menolak karena impor dilakukan di saat musim panen.

"Kalau memang perlu banget saya tidak keberataan impor, tapi atur dong timingnya, jangan pas musim panen. Jadi bapak-bapak petani yang maunya untung jadi buntung karena harga gabah jatuh."

Kata RR, saat musim hujan produksi padi mengalami penurunan tetapi angkanya tidak signifikan. Hanya 1 persen. Dari kira-kira total produksi 30 juta ton gabah,maka kekurangannya hanya 300 ribu ton.

"Ini tidak perlu impor. Tapi kalau el nino memang anjloknya 10 persen, berarti kekurangan 3 juta ton. Anak SD saja mengerti kalau paceklik, kalau el nino harus impor karena stok kurang. Lah ini masa impor saat musim panen, masa pejabatnya harus diajarin anak SD?" kata mantan penasihat ekonomi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ini.

"Saya tidak setuju impor pas panen. Saya minta pejabat terkait punya hatilah ke petani. Rasain deh jadi petani. Jangan-jangan kena panas saja tidak kuat. Jangan jadi raja tega, kan ngaku Pancasila," kata RR yang menurut survei KedaiKopi pantas menjadi cawapres Jokowi di Pilpres 2019 dikutip Kantor Berita Politik RMOL. [nat]