Purwakarta Tawarkan Nuansa Pantai di Pegunungan

Pantai di pegugunungan, tentu mustahil. Tapi di kawasan wisata Situ Wanayasa, Purwakarta. Tirta Kahuripan menawarkan suasana pantai di dataran tinggi yang berhawa sejuk.


Pantai di pegugunungan, tentu mustahil. Tapi di kawasan wisata Situ Wanayasa, Purwakarta. Tirta Kahuripan menawarkan suasana pantai di dataran tinggi yang berhawa sejuk.

Bervariasi kuliner dan pemandangan alam yang hijau juga dapat memanjakan mata dan perut para pengunjung. Sejumlah destinasi di Kecamatan Wanayasa memang selalu menjadi pilihan alternatif para wisatawan lokal.

Terletak strategis di dataran tinggi Purwakarta tepatnya di Desa Wanayasa situ ini menjelma bagai primadona. Betapa tidak, keasrian alam yang disuguhkan dengan berbagai macam masakan kulinernya, tempat wisata ini mampu mendapat tempat di hati pengunjung saat liburan dan akhir pekan.

"Kolam renangnya, bernuansa pantai. Berada di belakang Situ Wanayasa. Lumayan, murah meriah buat liburan keluarga. Harga tiketnya hanya Rp15 ribu," ujar Yeni Triwahyuni, pengunjung asal Kecamatan Pasawahan, Minggu (22/4).

Selain pengunjung lokal, nampak juga pengunjung yang berasal dari luar Purwakarta. "Dikelilingi pohon-pohon, bukit-bukit hijau dan airnya bersih alami. Saya suka semua yang ada di sini," ujar Neni Nurhadi, pengunjung asal Karawang.

Untuk diketahui, Situ Wanayasa terletak sekitar 23 KM dari Kota Purwakarta atau 83 KM dari Bandung. Dengan luas sekitar 7 hektar di ketinggian sekitar 600 mdpl itu memberikan temperatur udara rata-rata berkisar antara 17 sampai dengan 20 derajat celsius. Tak ayal, Situ Wanayasa menjadi kutub bagi wisatawan asal daerah industri.

"Di sini dingin, udaranya masih segar. Ongkos wisatanya juga masih murah. Hanya saja pengelolaan dari pihak pemerintah harus lebih ditingkatkan,"lanjut Neni.

Neni mengakui kalau Situ Wanayasa mampu menjadi pusat wisatawan lokal dan luar. Namun, akses jalan menuju situ primadona ini harus diperbaiki. Memang diakuinya dari sisi kerapian jalan sudah dikatakan sempurna. Hanya saja, titik kelebaran jalan tidak bisa menampung lonjakan kendaraan.

Tak hanya itu saja yang ditawarkan sebuah situ yang dikelilingi hamparan pepohonan hijau dari kaki Gunung Burangrang itu. Ada sebuah pulau kecil yang terletak di tengah-tengah objek wisata yang berada di tempat tersebut  yang dapat dikunjungi sebagai objek wisata ziarah atau religi.

Pulau berukuran kecil tersebut bernama Pasir Mantri. Di Pasir Mantri puluhan leluhur sekaligus para Ulama besar Purwakarta zaman dahulu beristirahat untuk selamanya di dalam tanah di bawah rimbunya pohon pinus pulau tersebut.

Bukan hal yang aneh bila banyak peziarah dari seantero negeri datang ke Pasir Mantri. Sebut saja dari daerah Bangka Belitung, Madura, serta Banten sering berkunjung.

Yayan Sopyan, juru kunci di makam keramat tersebut, menuturkan, di Pasir Mantri terdapat 33 makam para kiai besar zaman dulu. Salah satunya, makam Kiai Ageung atau Kiai Gede. Menurut Yayan, Kiai Ageung yang bernama asli Rd. Tisna Direja Bin Tirta Nagara pernah mensyiarkan ajaran Islam di Wanayasa.

"Kiai Ageung yang mendirikan Pesantren Saung Agung yang lokasinya persis di sekitar Situ Wanayasa," kata Yayan.

Kepada RMOL Jabar, Ia menjelaskan, pada abad ke 14, Kiai Ageung sengaja datang ke Wanayasa untuk mensyiarkan Islam.

"Saat itu, tepatnya pada 1586 silam, kiai berdarah Banten ini sengaja datang ke Wanayasa untuk mensyiarakan Islam dan mempunyai 100 santri di pesantrennya itu," katanya seraya menjelaskan pada tahun 1603 Kiai Ageung wafat.

Kemudian, jasadnya dikebumikan oleh keluarga dan para santrinya di Pasir Mantri. [nat]