Pembebesan Lahan Gardu Induk Bermasalah, Pemadaman Listrik Bengkulu Berlanjut

Permasalahan pembangunan gardu induk PT PLN (Persero) Area Bengkulu di Air Sebakul yang masih terkendala pembebasan lahan, hingga saat ini belum menemukan titik temu. Hal ini membuat pemadaman listrik di Bengkulu akan terus berlanjut.


Permasalahan pembangunan gardu induk PT PLN (Persero) Area Bengkulu di Air Sebakul yang masih terkendala pembebasan lahan, hingga saat ini belum menemukan titik temu. Hal ini membuat pemadaman listrik di Bengkulu akan terus berlanjut.

Dikatakan Manajer PT PLN Area Bengkulu, Pari El Hakim, saat ini kebutuhan listrik di Bengkulu mencapai kisaran 75 mega watt, yang mana saat malam hari dan siang hari kebutuhan mencapai 65 mega watt, dengan jaringan tranmisi 70 KV, yang dipasok oleh satu sistem transmisi Pekalongan dan gardu induk Sukamerindu.

Jika gardu induk Air Sebakul dibangun maka,  pemadaman tersebut dapat diatasi dengan transmisi 150 KV, dengan begitu kelistrikan Bengkulu akan lebih handal dan terang.

"Kebutuhan listrik di Bengkulu berkisar 75 mega watt disaat malam hari, sedangkan siang hari sekitar 65 mega watt," kata Pari

Kendala terbesar yang menghambat proses pembangunan gardu induk Air Sebakul saat ini, masih ada 35 titik tower transmisi yang bermasalah ditambah pembebasan lahan untuk tapak tower belum kunjung selesai. Dimana dari 35 tapak tower tersebut, 8 titiknya di Kabupaten Kepahiang sedangkan 27 titik di Kabupaten Bengkulu Tengah.

Permasalahan tersebut karena adanya perbedaan kesepahaman. Dimana warga belum mau melepaskan tanahnya dengan harga yang ditawarkan oleh pihak PT PLN dan pemerintah.

Menurutnya, harga yang ditawarkan oleh warga melebihi batas kewajaran, dimana PT. PLN dan pemerintah menawarkan harga Rp. 80 ribu permeter berdasarkan NJOP, namun warga meminta harga 4 kali lipat lebih besar yaitu Rp. 320 ribu permeternya.

"Menurut kami harga yang diminta oleh warga itu, diluar kewajaran karena 4 kali lipat dari harga ketetapan yang berlaku," ujarnya. [Y21]