RMOLBengkulu. Partisipasi politik masyarakat yang tinggi dalam Pemilu 2019 kemungkinan besar hanya bersifat semu belaka.
- Sekarang KPK Kelelahan Berantas Korupsi Sendirian
- Besok Pelantikan 16 KPU Provinsi
- Percepatan Vaksinasi Di Wilayah 3T, Indonesia Jajaki Kerjasama Dengan ICRC
Baca Juga
RMOLBengkulu. Partisipasi politik masyarakat yang tinggi dalam Pemilu 2019 kemungkinan besar hanya bersifat semu belaka.
Demikian dikatakan pakar komunikasi Universitas Indonesia (UI) Lely Arriane dalam diskusi Empat Pilar MPR bertema 'Meningkatkan Partisipasi Politik Masyarakat' di Komplek Parlemen, Jakarta, Senin (25/2).
"Saya lihat partisipasi politik itu tinggi tetapi partisipasinya semu. Di medsos sejak tahun 2014, partisipasi politik masyarakat sangat bergairah dalam mendukung calon presiden, bahkan ada suami istri dan sesama wartawan berkelahi," ujar Lely.
Namun, begitu mereka menggunakan hak pilih di tempat pemungutan suara (TPS) khususnya untuk pilpres, partisipasi malah membeku dan semu.
Lely mengaku tidak heran kalau partisipasi masyarakat pada pileg tinggi namun tidak demikian dengan pilpres.
Pileg dan Pilpres 2019 yang digelar secara serentak merupakan fenomena berbeda dengan ajang serupa sebelumnya.
Menurut Lely, banyak caleg yang bingung lantaran di daerah pemilihannya partainya mendukung capres yang tidak disukai oleh masyarakat setempat.
"Kalau kondisinya seperti itu, caleg harus ngomong apa," katanya seperti dilansir Kantor Berita Politik RMOL.
Meski begitu, banyak juga caleg yang menyiasatinya dengan mengatakan kepada calon pemilih bahwa pilpres adalah urusan pusat sedangkan caleg adalah untuk memperjuangkan hak-hak warga.
- 12 Balon Legislatif Ajukan Surat Bebas Pidana
- Partai Hanura Nyaris Penantang Pertama Pemilu 2019
- Nyoblos, Penjabat Walikota: Jangan Ada Kerusuhan