Komposisi calon presiden dan wakil presiden mulai ramai diperbincangkan jelang Pilpres 2019. Namun demikian, dikotomi sipil dan militer masih kental dalam pembahasan komposisi tersebut.
- PKB dan Gerindra Yakin KKIR Tak Akan Bubar
- Pimpinan Dewan Rejang Lebong: Satpol PP Tidak Pro Aktif
- Pertahankan 2.000 Suara, PPP Bengkulu Utara Targetkan 4 Kursi
Baca Juga
Komposisi calon presiden dan wakil presiden mulai ramai diperbincangkan jelang Pilpres 2019. Namun demikian, dikotomi sipil dan militer masih kental dalam pembahasan komposisi tersebut.
Bahkan sejumlah lembaga survei merilis hasil kajian juga dengan mengelompokkan para kandidat calon ke dua kategori itu.
Menanggapi fenomena ini, pengamat politik dari Universitas Airlangga, Khairul Fahmi mengatakan bahwa seharusnya dikotomi sipil dan militer sudah tidak ada lagi dalam Pilpres 2019. Menurutnya, masyarakat harus fokus dalam profil dan kemampuan para calon yang maju di pilpres.
"Jangan dipelihara dikotomi sipil-militer,†ujar direktur eksekutif Institute For Security and Strategic Studies (ISSES) itu kepada Kantor Berita Politik RMOL, Rabu, (14/3).
Menurutnya, masyarakat harus fokus dalam profil dan kemampuan para calon yang maju di pilpres, bukan lagi mengenai komposisi pasangan yang disajikan.
Ini kan kontestasi elektoral ya, mestinya kita fokus pada profil kandidat, kompetensinya, kapabilitasnya, kemudian apa yang ditawarkan. Bukan soal komposisinya," tukasnya. [nat]
- 23 Juni ESD-Aza Gelar Kampanye Akbar Bersama Wali Band
- Enam Himbauan Untuk Pemilih Perempuan Jelang Pilkada 2018
- Saksi Paslon Nomor 4 Tak Tanda Tangan Rekapituasi KPU Kota Bengkulu