Perempuan Ini Raup Ratusan Juta Berkat Media Sosial: Jatuh Bangun Itu Biasa

Screenshoot Vika Obela saat live streaming di Akun Facebook pribadinya, Sabtu (30/10) sore/RMOLBengkulu
Screenshoot Vika Obela saat live streaming di Akun Facebook pribadinya, Sabtu (30/10) sore/RMOLBengkulu

Semangat kerja seorang perempuan ini patut ditiru dan sungguh luar biasa. Namanya Vika Obela umur 24 tahun asal Desa Tik Jeniak Kecamatan Lebong Selatan, Kabupaten Lebong.


Vika terlihat tengah siap berkutat dengan pelengkapannya saat ditemui di sebuah kompleks yang kini tempatnya tinggal di Kandang Limun Kota Bengkulu, Sabtu (30/10) sekitar pukul 16.05 WIB.

Ia yang mengenakan pakaian bewarna hitam putih berdiri tegak. Setelah merasa penampilannya pantas, ia meraih tripod, memasang ponsel dan mendirikannya sejajar dengan kepalanya.

Disesuaikan agar pas di bingkai kamera, yang akan menjadi alat pencegah pegal selama dirinya mulai melakukan live streaming di Facebook.

Usai memastikan baterai ponsel penuh dan jaringan data pun lancar, Vika memulai siaran langsungnya hingga angka di samping simbol mata sebagai penanda jumlah penonton mulai menanjak naik.

"Nih cantik, daster kuningnya ukuran L 116 ribu, harganya saya kasih 25 ribu saja. Murah ya cantik. Lanjut," ucap Vika kepada para calon pembeli.

Ia merupakan satu dari ratusan penjual daring di Bengkulu, yang memanfaatkan fitur live streaming di Facebook.

Berjualan dengan memanfaatkan toko daring ini sudah dilakoni sejak Desember tahun 2019, atau tepatnya setahun setelah dirinya mengakhiri masa lajangnya bersama seorang laki-laki pada tahun 2018 lalu.

Sama-sama berprofesi sebagai pebisnis dengan suaminya, menurut perempuan ini pemanfaatan live streaming, khususnya di Facebook, menjadi cara yang terhitung baru menjadi tren sejak tahun 2020 ini.

"Kebetulan suami saya juga jualan aromania parfum direbranding yang sekarang menjadi samprono parfum," jelas Vika.

Bedanya, penjual konvensional di toko atau pasar berhadapan tatap muka secara langsung dengan calon pembeli, sementara penjual via live streaming hanya berhadapan dengan kamera ponsel dan menjawab pertanyaan calon pembeli melalui komentar-komentar yang dilayangkan.

Ia cuap-cuap mengenalkan produknya, harga dan tawar-menawar pun tetap terjadi. Grup jual-beli yang ada di Facebook saat ini pun berkembang lebih jauh daripada sekedar lapak mem-posting jualan, namun juga menyediakan lapak untuk menjajakan langsung secara live.

Benar saja, sejak masa pandemi, cara berjualan dengan pola ini terbilang paling efektif.

"Seru aja sih. lebih lancar dibanding penjualan offline," tambah Vika.

Sempat Vakum Sejak Dilanda Pandemi

Pandemi Covid-19 berdampak pada sejumlah pekerja baik formal maupun informal kehilangan kesempatan bekerja. Dunia usaha tentu sebagai salah satu pihak yang paling terkena dampak dari pandemi ini. Memang beberapa ada yang terkena impact, tapi beberapa juga ada mendapat berkah dari pandemic ini.

Memasuki masa pandemi Covid-19 tersebut, Vika menyebutkan, bisnisnya sempat vakum 8 bulan pada tahun 2020. Meski perlahan, ia optimistis barang-barang jualannya akan kembali diburu pembeli.

"Saya kan mulai Desember 2019, lalu vakum bulan Maret 2020 karena pandemi," ceritanya. Pembeli sepi menjadi penyebab dirinya vakum. "Terus lanjut lagi buka bulan desember 2020 sampai sekarang," lanjutnya menambahkan.

Awalnya, hasil dari bisnis itu tak seberapa. Namun lama kelamaan penghasilannya sudah lebih dari sekadar cukup untuk menghidupi keluarganya.

Dari berjualan secara live, sedikit-demi sedikit ia dapat membangun jaringan reseller-nya sendiri. Para pelanggan tetap, yang kebanyakan reseller, dibuatkan wadah berupa satu grup WhatsApp. Sehingga pemesanan pakaian tanpa harus melakukan live pun terjadi.

Tren gaya hidup yang tengah digandrungi ini jadi peluang bisnis yang sedang naik daun di daerah itu. Keuntungan yang mampu direguk pun tidak sedikit. Keuntungan dari bisnis online tersebut mencapai Rp 156 juta tiap bulannya.

"Kita pusatkan di rumah, tapi ada juga store disamping rumah," ungkapnya.

Vika Obela saat menunjukkan produk penjualannya

Sehari Live Dua Kali

Penjualan dilakukan secara live sehari dua kali, atau pukul mulai 16:05 WIB sampai 21.30 WIB. Selain itu, dipilihnya waktu live pada sore dan malam karena menurutnya banyak pengguna gadget yang aktif di media sosial pada saat itu sembari istirahat.

Dalam perjalannya, ia sudah memiliki 9 karyawannya dengan tugas berbeda. Masing-masing, bertugas sebagai laundry 2 orang, Admin 2 orang, packing 2 orang, bgetag baju, persiapan sebelum live 2 orang, dan assiten live 1 orang.

Barang yang dijual pun bermacam-macam merek. Namun, penjualannya fokus pada pakaian perempuan. Untuk barangnya sendiri didapati dari import ball press 100KG Korea, dan Jepang.

Ia mengaku sudah ada 1.200 konsumen tetap. Untuk prosesnya sendiri, bagi konsumen yang berada di Kota Bengkulu sistem transaksinya melalui Cash on Delivery (COD). Sebaliknya, luar Kota Bengkulu dilakukan transaksi dan dikirim via jasa pengiriman.

"Pengiriman (konsumen sudah mencakupi semua seluruh provinsi di Indonesia kecuali Papua. Ekspedisi via JNT," ujarnya.

Meski dia memperkirakan sejauh ini usahanya sudah menghasilkan ratusan juta tiap bulannya, namun angka itu belum bisa dipastikan karena uang hasil keuntungannya “diputar” lagi untuk jadi modal usaha dan gaji karyawan.

Terakhir, dia berpesan agar perempuan lain yang juga berminat bisnis online untuk mencari usaha yang sesuai keinginan, misal berjualan kue bagi yang senang memasak.

“Jatuh bangun itu sudah biasa. Sebisa mungkin, cari usaha yang berisiko kecil dan produknya tahan lama," tutupnya.