RMOLBengkulu. Sedikitnya 14 orang dilaporkan meninggal dunia dan 18 lainnya mengalami luka - luka akibat diterjang Banjir bandang yang melanda sembilan kelurahanan di Kecamatan Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua, Sabtu (16/3) malam pukul 21.30 WIT.
- Konsisten Disiplin Prokes, Varian Delta Tetap Bisa Menulari Orang yang Sudah Vaksin
- Reses Reni Heryanti, Masyarakat Keluhkan Aspirasi Yang Tak Kunjung Diakomodir Pemkot
- Hari Bakti PAS Ke-60, Kemenkuham Bengkulu Ikut Halal Bihalal Menyambung Bulan Ramadhan
Baca Juga
RMOLBengkulu. Sedikitnya 14 orang dilaporkan meninggal dunia dan 18 lainnya mengalami luka - luka akibat diterjang Banjir bandang yang melanda sembilan kelurahanan di Kecamatan Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua, Sabtu (16/3) malam pukul 21.30 WIT.
Diketahui sembilan Kelurahan yang dilanda itu meliputi Kelurahan Barnabas Marweri, Piter Pangkatana, Kristian Pangakatan, Didimus Pangkatana, Andi Pangkatana, Yonasmanuri, Yulianus Pangkatana, Nelson Pangkatan, dan Nesmanuri.
"Tim SAR gabungan masih melakukan evakuasi dan pencarian korban," terang Sutopo.
Tak hanya itu, banjir bandang ini juga mengakibatkan sejumlah rumah dan infrastruktur rusak. Diantaranya, sembilan rumah rusak di BTN Doyo Baru, satu mobil rusak atau hanyut, jembatan Doyo dan Kali Ular mengalami kerusakan.
Bahkan, tercatat sekitar 150 rumah terendam di BTN Bintang Timur Sentani, kerusakan satu pesawat jenis Twin Otter di Lapangan Terbang Adventis Doyo Sentani.
Itupun berdasarkan data sementara hingga pagi ini (Minggu, 17/3) pukul 07.00 WIB. Diperkirakan dampak kerusakan akan bertambah karena pendataan masih dilakukan. "Beberapa warga sejak semalam mengungsi," tandasnya.
Dengan rincian sekitar 50 orang di Kantor Bupati Jayapura Gunung Merah, 70 orang di Kediaman Bupati Jayapura, dan beberapa warga mengungsi di Kantor Basarnas Jayapura.
Sejauh ini, kata Sutopo, melihat dampak banjir bandang dan landaan banjir bandang yang terjadi di Sentani, kemungkinan disebabkan adanya longsor di bagian hulu yang kemudian menerjang di bagian hilir.
"Karena volume air terus bertambah kemudian badan air atau bendung alami ini jebol dan menerjang di bagian bawah dengan membawa material-material kayu gelondongan, pohon, batu, lumpur dan lainnya dengan kecepatan aliran yang besar," terangnya dilansir Kantor Berita Politik RMOL.
Kondisi ini ditambah dengan curah hujan yang berintensitas tinggi dalam waktu cukup lama. Catatan dia, pada tahun 2007, kejadian banjir bandang juga pernah terjadi di Distrik Sentani. [tmc]
- Hari Bakti Adhyaksa Ke-63, Kejati Bengkulu Gelar Donor Darah Bersama PMI Provinsi Bengkulu
- Percepatan Investasi Bengkulu, Gubernur Rohidin Minta Bupati/Walikota Perkuat Sinergi Produk Unggulan
- KPU Susun Anggaran Rp 86 T Untuk Pemilu 2024, Mendagri Minta Tinjau Ulang