Tangisan Menyayat Hati di Gaza

Serangan Israel banyak menghancurkan bangunan dan infrastruktur di Jalur Gaza/Net
Serangan Israel banyak menghancurkan bangunan dan infrastruktur di Jalur Gaza/Net

Suasana yang sangat mencekam

Saat ini bila kita sedang duduk di warung, di restoran dan di cafe sambil nyeruput kopi panas.

Hampir semua pembicaraan santai yang kita dengar di sana masih berkutat sekitar dialog capres-cawapres, kasus putusan MK tentang batasan usia cawapres, kasus korupsi oleh seorang menteri, kasus kopi sianida, dan sedikit bahasan tentang kasus tragedi kemanusiaan yang terjadi nun jauh di sana - di jalur Gaza Palestina.

Kemarin, setelah sholat maghrib di musalah mall di bilangan Jakarta Selatan, sambil nyeruput "kopi tubruk senja" disebuah cafe yang padat dan ramai, saya mendengarkan dan menyimak sebuah pembicaraan yang menurut saya sangat menarik untuk disimak, tentang situasi Gaza oleh dua orang anak muda (mungkin mahasiswa) dan seorang bapak-bapak. Sungguh, menarik sekali perbincangan mereka.

Dikatakan bahwa saat ini di Gaza tidaklah baik baik saja, masih banyak terdengar suara tangisan, rintihan kesakitan, teriakan histeris atas kematian family dan kerabat pasca serangan roket Israel beberapa minggu lalu. Masyarakat di sanapun masih dibayang-bayangi ketakutan akan hantaman rudal yang bisa saja terjadi secara tiba-tiba karena Israel memerintahkan agar 1,1 juta penduduk di Gaza segera mengosongkan dan meninggalkan rumah mereka, karena Israel akan melakukan serangan masif terhadap Hamas yang telah menyerang berbagai fasilitas mereka minggu lalu.

Akibatnya, selama sembilan hari non stop pemukiman Gaza diserang melalui udara, dan waktunya tepat bersamaan saat PBB menyatakan bahwa situasi dan kondisi kemanusian yang sangat mengerikan sedang terjadi. Pasukan keamanan Israel (IDF) pada hari Sabtu  7 Oktober lalu telah pula menegaskan bahwa mereka sedang mempersiapkan serangan yang mereka sebut "Operasi Darat yang Signifikan ",  yang akan dimainkan baik melalui udara, laut dan darat.

Bila serangan darat dalam sekala besar itu mampu dilakukan Israel di jalur sepanjang 25 mil,  maka inilah "fase kedua" dari strategi perang Hamas. Artinya meskipun secara teori IDF bukanlah tandingan Hamas (dari segi kemampuan dan peralatan militer ), sepertinya Hamas sengaja akan membiarkan serangan militer Israel demi menegaskan citra "Korban - Pelaku" dan Israel adalah Agresornya.

Ada juga sebuah tayangan yang menyayat hati yang saya dengar diceritakan di cafe itu, konon katanya banyak yang sudah menyaksikan tayangan pertumpahan darah, rumah tempat tinggal yang luluh lantak, mayat bergelimpangan, serta tangisan kematian yang terekam oleh media dan sosial media yang ditayangkan secara global.  Ada juga tayangan Senin 2 Oktober lalu yang merilis video Mia Schem, seorang sandera di antara 200 orang yang diduga masih dalam pengusaan Hamas di Gaza setelah serangan lintas batas ke Israel sembilan hari lalu.

Video berdurasi hampir 60 detik itu dirilis Hamas untuk menampilkan salah satu sandera Ms. Schem, umur 21 tahun yang mengaku telah mendapat perawatan medis karena terluka di atas siku kanan. Dia juga menunjukkan lengan yang dibalut perban. Video diambil oleh seseorang dari luar ruangan. Nona Schem adalah sandera yang menghilang dari lokasi festival musik yang telah menewaskan sedikitnya 260 orang. Dia berbicara langsung - menghadap kamera dengan pesan-pesan berbahasa Ibrani. “Saat ini saya berada di Gaza,” katanya terbata bata. Dia dirawat setelah lengannya dioperasi selama tiga jam di rumah sakit tersebut. Video diakhiri dengan permohonannya untuk dikembalikan ke negaranya Israel. “Saya hanya meminta agar saya bisa dikembalikan secepatnya, agar bisa berkumpul dengan keluarga saya, dengan orang tua saya, dan kepada saudara-saudara saya,” katanya.  “Tolong keluarkan kami dari sini secepat mungkin.”

Bagaimana dampak pergerakan simpatisan negara tetangga

Dari beberapa aktifitas yang dilakukan terungkap bahwa Hizbullah ternyata secara terang-terangan telah ikut ambil bagian dari konflik Israel dan Palestina. Pada Senin 9 Oktober yang lalu Hizbullah merilis diberbagai media dan media sosial bahwa mereka telah berhasil menghancurkan kamera pengintai di semua pos militer Israel di sepanjang perbatasan saat kontak serang antara Israel-Hamas.  

Jaringan media militer Hizbullah juga merilis sebuah video yang menampilkan bagaimana penembak jitu mereka menembaki habis kamera-kamera  intai Israel yang ditempatkan di beberapa titik di sepanjang perbatasan Lebanon-Israel, termasuk juga di luar kota Metula Israel. Kelompok Hizbullah tampaknya ingin mencegah pantauan tentara Israel atas semua taktik pergerakan mereka bersama lawan Israel lainnya di sisi perbatasan Lebanon. Baku tembak yang terjadi selama berhari-hari lalu ternyata telah menyebabkan tujuh orang tewas, termasuk empat pejuang Hizbullah Lebanon. Dan sejak serangan tanggal 7 Oktober di Israel selatan yang lalu oleh Hamas tercatat lebih dari 1.400 warga sipil dan tentara Israel telah tewas. Ketegangan meningkat di sepanjang perbatasan Lebanon-Israel. Pejuang Hizbullah juga berhasil menembakkan rudal anti-tank ke posisi tentara Israel. Dan sebaliknya pasukan Israel juga secara membabi buta menembaki wilayah perbatasan di sisi Lebanon.

Saat Gaza terguncang sang adikuasa ikut sibuk

Sungguh sulit dibayangkan betapa peliknya situasi krisis keamanan Palestina Israel saat ini, sampai-sampai Presiden Amerika Biden, pada hari Rabu 4 Oktober lalu melakukan perjalan panjang untuk memberikan dukungan kepada Israel, untuk merespon berbagai serangan Hamas, dan mendesak untuk merealisasikan bantuan korban kemanusiaan warga sipil tak berdosa di Gaza,  sambil mencarikan jalan keluar yang aman bagi orang Amerika yang berada di tengah situasi konflik tersebut.

Kunjungan dilakukan persis saat Israel tengah mempersiapkan serangan darat terhadap Hamas di Gaza.  Kekurangan makanan, air dan obat-obatan di Gaza serta meningkatnya jumlah korban warga sipil akibat serangan Israel membuat situasi ini menjadi semakin tidak menentu. Perjalanan presiden Biden tersebut telah diumumkan oleh Menteri Luar Negeri Antony Blinken di Tel Aviv setelah pertemuan 7 jam dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan pejabat tinggi Israel lainnya. Dalam sambutan singkatnya Blinken mengatakan Amerika Serikat dan Israel telah menyetujui bantuan ke Gaza.

Biden akan bertemu dengan Netanyahu untuk mendapatkan informasi terkini mengenai strategi dan kecepatan operasi militer, kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby kepada wartawan melalui panggilan konferensi pada Senin malam. Di Amman, Biden akan bertemu dengan Raja Abdullah, Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi, dan Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas untuk membicarakan upaya dan mekanisme memasukkan bantuan kemanusiaan ke Gaza.  “Kami ingin bantuan masuk melalui gerbang Rafah - dan juga berharap agar masyarakat bisa keluar dari sana ” kata Kirby.

Inilah sekilas catatan sambil nyeruput kopi tubruk panas disebuah cafe - kopi asli - dari bajawa - tentu melahirkan banyak inspirasi. Salam segar waras Indonesia maju. 

Penulis merupakan pensiunan jenderal bintang dua polri