Masker Malah Diekspor Besar-besaran ke China, Rakyat Sendiri Dikorbankan

RMOLBengkulu. Desas-desus yang beredar di tengah masyarakat soal langkanya masker untuk pelindung dari virus corona atau Covid-19 di Indonesia yang diakibatkan adanya penimbunan atau pengiriman ekspor ke luar negeri, akhirnya terungkap.


RMOLBengkulu. Desas-desus yang beredar di tengah masyarakat soal langkanya masker untuk pelindung dari virus corona atau Covid-19 di Indonesia yang diakibatkan adanya penimbunan atau pengiriman ekspor ke luar negeri, akhirnya terungkap.

Ya, rupanya masker dari Indonesia telah diekspor besar-besaran ke luar negeri terutama China. Ini yang membuat masker langka untuk mengantisipasi wabah virus corona. Masyarakat Indonesia malah disuruh beli masker dengan harga selangit.

Peneliti senior dari Institut Riset Indonesia (Insis), Dian Permata, mengatakan, kenaikan angka ekspor masker di Indonesia yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan Januari hingga Februari 2020 menjawab keraguan masyarakat yang curiga atas langkanya masker corona menyasar Indonesia.

"Kenaikan angka ekspor ini sejatinya mengkonfirmasi desas-desus yang beredar di masyarakat. Bahwa masker hilang, diborong dan lalu dijual ke manca negara,” ucap Dian Permata dilansir Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (18/3).

Apalagi kata Dian, ekspor signifikan yang dilakukan ke tiga negara yakni China, Singapura dan Hongkong merupakan suatu bentuk bahwa pemerintahan Presiden Joko Widodo tidak peduli terhadap kesehatan masyarakatnya sendiri. Padahal masyarakat membutuhkan masker tapi tetap ekspor dilakukan dalam jumlah tinggi. Rakyat pun sulit mendapatkan masker dan kesannya dikorbankan.

Dalam situasi chaostic soal Covid-19, langkah ekspor atau penimbunan untuk mengeruk keuntungan dari penjualan masker dan produk turunannya menunjukkan bahwa pemerintah kurang aware soal kesehatan masyarakat,” tegas lulusan magister Universitas Sains Malaysia itu.

Ditambahkan Dian, keselamatan dan kesehatan masyarakat Indonesia merupakan hal yang paling penting di atas urusan politik dan ekonomi.

"Di atas persoalan politik dan ekonomi ada problem yang lebih penting yakni soal kemanusiaan dan kesehatan. Jika pemerintah abai maka akibatnya bisa ditebak, masyarakat distrust dengan langkah apapun yang diambil pemerintah,” tegasnya.

Dengan demikian, pemerintahan Presiden Jokowi, kata Dian, harus bertindak yang lebih nyata untuk mengatasi kelangkaan alat pelindung diri masyarakat dari virus corona.

"Untuk menebusnya ada baiknya pemerintah menggerakkan militer, Polri, Satpol PP, organisasi mirip-mirip semi paramiliter seperti Menwa, Pramuka, Kokam dan lainnya, dilatih untuk memproduksi massal masker dan hand sanitizer,” lanjutnya.

Tak hanya itu, mereka semua juga harus digerakkan untuk melakukan penyemprotan disinfektan secara massal ke lokasi publik seperti sekolah, rumah ibadah, stasiun, dan tempat keramaian lainnya.

"Dengan begitu, masyarakat akan merasakan bahwa pemerintah hadir dalam menangani Covid-19,” pungkasnya.

Senada dikatakan ekonom Indef Bhima Yudhistira seperti dilansir Kantor Berita Politik RMOL di Jakarta, Rabu (18/3).

Menurut Bhima, pemerintah diharapkan untuk mengeluarkan kebijakan tegas untuk menyetop ekspor masker ke luar negeri.

Itu harus dibatasi ekspor masker ya. Karena ini termasuk alat kesehatan yang memang harus dijamin untuk kebutuhan dalam negeri. Nah ini pemerintah bisa mengatur melalui Peraturan Kemendag ya melarang sementara ekspor masker,” tegasnya.

Selain itu, lanjut Bhima Yudhistira, sejumlah perusahaan medis BUMN sedianya perlu melakukan langkah agar tidak terjadi penjualan harga masker yang tinggi.

"Bagaimana caranya BUMN-BUMN farmasi ini produksi masker lebih tinggi. Tanggungjawab BUMN-nya kemana gitu?,” pungkasnya.

Berdasarkan data BPS, Selasa (17/3), kenaikan nilai ekspor produk berkode HS 63079040 ini secara total naik 504.534 persen.

Angka itu didapat dari total ekspor 14.996 dolar AS di tahun 2019 menjadi 75,67 juta dolar AS di dua bulan awal 2020.

Kenaikan ekspor paling signifikan terjadi ke China, di mana pada akhir tahun lalu hanya senilai 496 dolar AS menjadi 26,43 juta dolar AS atau meningkat 5,3 juta persen per Februari 2020.

Jika dirinci, ekspor masker Indonesia ke China pada tercatat 826,14 ribu dolar AS pada Januari dan 25,60 juta dolar AS pada Februari 2020.

Sedangkan ke Singapura, tercatat 4.451 dolar AS per 2019 menjadi 36,84 juta dolar AS atau naik 827.645 persen per Februari 2020.

Rinciannya, sebesar 559.416 dolar AS pada Januari dan 36,28 juta dolar AS pada Februari 2020.

Adapun ekspor masker ke Hong Kong tercatat naik 123.274 persen dari 10.049 dolar AS di akhir 2019 menjadi 12,39 juta dolar AS per Februari 2020. Rinciannya, 1,76 juta dolar AS pada Januari dan 73,90 juta dolar AS pada Februari 2020. [tmc]