Dua Parpol Koalisi Jokowi Saling Sindir

RMOL. Tensi politik Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) sepertinya mulai berapi-api. Sesama parpol koalisi Jokowi malah saling serang dengan sindiran.


RMOL. Tensi politik Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) sepertinya mulai berapi-api. Sesama parpol koalisi Jokowi malah saling serang dengan sindiran.

Hal ini bermula dari sikap sinis PPP terhadap deklarasi Ketum PKB Muhaimin Iskandar sebagai cawapres Jokowi lewat Join” (Jokowi-Imin).

Wasekjen PPP Achmad Baidowi, Kamis pekan lalu, memprotes deklarasi itu. Alasannya, PKB belum konkret memutuskan mendukung Jokowi di Pilpres 2019. Dia pun menuding Cak Imin, sapaan Muhaimin, memaksakan Jokowi untuk meminangnya sebagai cawapres.

Mendengar hal ini, PKB membalas. Ketua DPP PKB Jazilul Fawaid menyebut, langkah politik Ketua Umum PPP Romahurmuziy alias Rommy tak diimbangi dengan penyampaian ide dan gagasan, terutama seputar isu ke-Islaman. Rommy tidak bicara mengenai isu terkait pandangan Islam terhadap negara, atau tokoh-tokoh Islam saat ini.

"Setahu saya, Pak Rommy hanya selfie-selfie bersama Presiden,” sindir Jazilul, Rabu (18/4).

Jazilul pun menuding, manuver Rommy mendekati untuk Jokowi hanya demi menyelamatkan eksistensi partai yang digawanginya.

"Kalau enggak, bubar itu PPP. Langkah yang dilakukan Pak Rommy hari ini supaya tidak bubar di 2019,” tudingnya.

Dia kemudian mengingatkan, sebelum PPP bergabung dalam koalisi Jokowi, PKB telah lebih dulu ada bersama PDIP, Nasdem, dan Hanura.

Keempat partai itu adalah koalisi yang memenangkan Jokowi pada Pilpres 2014.

"PPP kan belakangan. Namanya orang belakangan, ikut yang di depan. Kan gitu. Tapi, kami menghargai itu," sindirnya lagi.

Anggota Komisi III DPR itu kemudian menyebut bahwa PPP belum memberikan kontribusi terhadap pemerintahan Jokowi. Kehadiran Lukman Hakim Saifuddin sebagai Menteri Agama yang merupakan kader PPP, tidak banyak membantu.

"Di tengah terpaan isu Jokowi tidak membela Islam, Menag yang notabanenya sebagai bagian dari Pemerintah, tidak memberikan perhatian kepada pemberdayaan umat, bahkan tergolong abai," cetus Jazilul.

Jazilul lantas menuding Romny telah mencontek program PKB.

"Satu-satunya yang tidak berani dicontek, ya deklarasi cawapres," sindirnya lagi seperti diberitakan Kantor Berita Politik RMOL.

Dia merasa, Rommy juga ngebet untuk menjadi cawapres Jokowi. Hanya saja, Rommy masih malu-malu kucing.

"Kalau memang mau menjadi (cawapres), katakan saja. Sampaikan saja. PKB juga ikut apresiasi. Kami juga memberikan apresiasi. Enggak usah malu-malu, harus diungkapkan," ujarnya.

Tak sampai di situ, Jazilul lalu menyebut Rommy sebagai sosok yang tak pede alias percaya diri. Makanya, Rommy hanya bisa promisi di luar, tanpa berani mengajukan diri ke Jokowi.

"Enggak berani Pak Rommy, pasti. Sebagai anak muda, sebaiknya berani ya," tandasnya.

Mendengar ini, Sekjen PPP Arsul Sani panas. Dia sangat tidak terima dengan prediksi PPP akan bubar. Dia pun meminta Jazilul fokus mengurusi pencalonan Imin ketimbang mengurusi PPP.

"Pak Jazilul kayak dukun saja, yang bisa memprediksi bubar atau tidak itu suatu partai itu. Pak Jazilul mending fokus perjuangan Cak Imin lah," sergahnya di Gedung DPR, Rabu (18/4).

Anggota Komisi III DPR ini kemudian membalas dengan menyebut PKB harus bersiap-siap jika Imin ditolak Jokowi.

"Daripada susah-susah memprediksi PPP, mending dia menyiapkan diri untuk gembira atau menyiapkan diri untuk bersedih hati," ledeknya.

"Kata Cak Imin kan, kalau enggak dipilih Jokowi, patah hati. Yang penting, kalau patah hati jangan lama-lama," sambungnya.

Arsul juga balik mempertanyakan kontribusi PKB terhadap pemerintahan. Dia menuding, walau punya banyak menteri, kinerja PKB di kabinet jeblok.

"Menterinya mana sih yang ada di 10 besar? Menteri terbaik dari PKB kan enggak ada. Jadi, kalau bicara kontribusi, suruh bercermin dulu, kontribusinya PKB apa ke pemerintahan. Gitu saja," sindirnya. [nat]