Ujang Malang, Dipasung Hingga Pergelangan Tangan Dan Kakinya Membusuk

Ujang Malang tampak saat dipasung dipergelangan tangannya dengan besi/Ist
Ujang Malang tampak saat dipasung dipergelangan tangannya dengan besi/Ist

Gubuk sederhana berdinding kayu dan beralas tanah di Desa Bungin, Kecamatan Bingin Kuning, Kabupaten Lebong, Bengkulu menjadi saksi bisu laki-laki renta bernama Rodi Hartono (40) yang terpaksa dipasung menahun akibat gangguan jiwa.


RMOLBengkulu bertandang ke rumah pria yang akrab disapa Ujang Malang, Rabu (4/8) sekitar pukul 15.30 WIB. Dari jalan provinsi yang menghubungkan Tes-Muara Aman, kami berbelok ke kiri sebuah jalan desa sejauh sekitar 3 kilometer untuk sampai ke sebuah rumah kecil yang berada di tengah sebuah kompleks pemukiman warga.

Hanya di bagian belakang rumah itu sekitar 10 meter terlihat bangunan tunggal, yaitu di sebuah pondok kecil di samping dari bagian belakang rumah namun tidak menempel di bangunan utama rumah.

Seorang perempuan paruh baya membuka pintu dapur dan mempersilahkan kami masuk ke dapur  setelah menanyakan maksud kedatangan kami.

Di dalam sebuah ruangan sempit berukuran sekitar 3x3 meter itu seorang perempuan berperawakan kecil tergopoh-gopoh menyalami kami sembari membenarkan bajunya yang lusuh.

"Sejak sekitar tujuh tahun lalu dia jadi begitu, otaknya ada yang konslet," ujar Sebra, ibu dari Ujang saat kami datang dan mulai bertanya soal anaknya.

Perempuan berusia sekitar 60 tahun, dia perempuan paruh baya yang memakai kain di pinggang. Sementara suaminya sudah meninggal.

Sehari-hari mereka tinggal berdua secara terpisah, Ujang Malang di sebuah pondok yang terbuat dari kayu di belakang rumah, sementara di rumah bagian depan.

"Tapi sekarang sudah mendingan. Saya biasa ngobrol dengan dia, ya normal saja," sambungnya.

Sebrah bergegas ke pondok dibelakang rumah melalui jalan dapur. Kami membuka pintu depan pondok tersebut.

Di tempat kumuh itulah selama tujuh tahun terakhir Ujang duduk dan melakukan aktivitas termasuk buang air.

"Assalamualaikum," sapa kami yang tiba-tiba mengubah wajah datar Ujang dengan sedikit senyuman.

Kami menyulut sebatang rokok dan memberikannya kepada Ujang. Gerakan tubuhnya meraih pemberian rokok membuat kaki kirinya ikut bergerak sehingga keluarlah bunyi yang berasal dari gesekan mata rantai besi yang mengikat kedua kaki dan tangannya.

Setelah beberapa kali Ujang menghisap rokok, kami memintanya untuk berdiri dan duduk di sebuah kursi bambu yang ada di sebelahnya. Ketika berdiri, terlihat jelaslah rantai besi yang memakan daging pergelangan tangan dan kakinya hingga membusuk.

Kondisi pergelangan tangan Ujang tampak membusuk akibat gesekan besi pasung/Ist

Kami mengambil foto Ujang dengan bantuan flash beberapa kali. RMOLBengkulu menanyakan beberapa hal terhadap Ujang sembari duduk di kursi, dan diluar dugaan ia menjawab dengan jelas. 

Dia juga masih mengingat dengan baik kisahnya di masa lalu, misalnya terkait pengalamannya seketika di rawat di rumah sakit jiwa.

Ujang, dipasung oleh warga karena sering mengamuk akibat gangguan jiwa yang dideritanya sejak 7 tahun terakhir. Awalnya Ujang adalah pemuda normal yang bekerja sebagai buruh di Lebong.

"Dia kalau orang banyak pasti bicaranya normal," ujar ibunya.

Saat kumat, Ujang mengamuk memukuli dinding-dinding rumah hingga menghajar warga sekitar dengan senjata tajam dan alat lainnya. Upaya pengobatan kerap dilakukan bahkan ia sempat sembuh namun kumat lagi. Sejak saat itulah Ujang tidak beranjak dari pemasungan.

"Pernah isi rumah dihancurkan. Keluarkan senjata tajam kejar-kejar orang," ceritanya.

Ibunya tidak bisa membuka pasung sebelum anaknya normal kembali, sehingga ia mengurus segala kebutuhan putranya itu di tempat yang sama bertahun-tahun.

Sebra hanya bisa menahan sedihnya ketika mengasuh anaknya, memandikan, mengurus kotorannya, memberi makan, meluapkan kasih sayang di tempat yang sama.

Ia sangat tahu putranya ingin sekali keluar dari pasung, namun tenaganya tak cukup untuk membuka tiap baut dan pasak yang mengunci dua kayu yang bertumpuk.

"Mau bagaimana lagi. Biaya pengobatan tidak ada. Lebih baik seperti ini dari pada merugikan orang lain," tuturnya.

Dapat Restu Keluarga, Dinkes Dan Dinas PMDS Lebong Siap Evakuasi Ujang Malang dari Pemasungan

Kediaman Rodi Hartono (40), warga Desa Bungin, Kecamatan Bingin Kuning, Kabupaten Lebong, Bengkulu, yang dipasung mendadak ramai didatangi tim Dinas Kesehatan Kabupaten Lebong bersama Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa dan Sosial (PMDS) setempat pada Sabtu kemarin (7/8).

Kedatangan para petugas ini tak lain untuk memastikan kondisi pria yang akrab disapa ujang Malang itu, serta meminta restu ibunya agar anaknya diizinkan dievakuasi ke Rumah Sakit Khusus Jiwa Soeprapto (RSKJO) Bengkulu.

"Itu kunjungan dari Puskesmas Talang Liak sekalian pemberian obat jiwa dan luka (tangan, red)," ujar Kadis PMDS Lebong, Reko Haryanto, melalui Sekretaris Hedi Parindo kepada Kantor Berita RMOLBengkulu (7/8).

Dia menambahkan, informasi yang didapatkan dari Pendamping Penyandang Disabilitas Kabupaten Lebong, pihak keluarga korban selama ini sudah mendapatkan bantuan berupa Home Care, bantuan Covid-19 sembako untuk ODGJ, serta ASPD tahun 2020 sebesar Rp 2 juta.

"Sudah ada bantuan dari pendamping. Kalau ASPD tahun 2021 sedang diproses," tuturnya.

Terpisah, Kadis Kesehatan Lebong, Rachman menyebutkan, pasien Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) ini merupakan pasien lama pihaknya. Namun, sudah berapa kali dievakuasi, akhirnya dipulangkan juga oleh pihak rumah sakit karena dianggap sudah sembuh.

"Jadi, dia (Ujang, red) ada sekitar tiga kali dievakuasi. Tapi, kita juga heran kok dipulangkan," jelasnya.

Petugas saat mendatangi kediaman Ujang MalangPetugas saat mendatangi kediaman Ujang Malang

Menurutnya, Dinkes dan Dinas PMDS Lebong dalam waktu dekat akan mengevakuasi pasien tersebut. Sebab, sudah mendapatkan restu dari pihak keluarga.

"Iya, nanti Puskesmas yang urus sama dengan dinkes dan sosial. Kita siapkan kelengkapannya dulu," tambah Rachman.

Dia menuturkan, selama proses evakuasi dan perawatan segala bentuk biaya ditanggung pemerintah alias gratis.

Data Kematian Covid-19 Berbeda dengan Pusat, Kadiskes Lampung: Tak Ada Data yang Dikurangi atau Ditambahi

"Kalau obat gratis. Makanya kita siapkan KK dan kartu (BPJS,red) dulu," demikian Rachman.